Peneliti Unair Temukan 5 Kombinasi Obat untuk COVID-19

Peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya bersama Gugus Tugas dan BIN berhasil menemukan lima kombinasi obat yang efektif melawan virus Corona penyebab COVID-19.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Jun 2020, 22:02 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 22:00 WIB
Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell Unair, Dr dr Purwati SpPd K-PTI FINASIM menjelaskan lima kombinasi obat untuk COVID-19. (Dok: Tangkapan layar YouTube BNPB)
Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell Unair, Dr dr Purwati SpPd K-PTI FINASIM menjelaskan lima kombinasi obat untuk COVID-19. (Dok: Tangkapan layar YouTube BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berkolaborasi dengan Gugus Tugas dan Badan Intelijen Negara (BIN) berhasil menemukan lima kombinasi obat yang mampu menghambat perkembangbiakan virus hingga membuat virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi lagi. Temuan ini memberi secercah harapan karena berpotensi menjadi obat bagi pasien COVID-19.

"Dari 14 regimen obat yang kita teliti akhirnya mendapatkan lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus tersebut masuk ke sel target dan juga menghambat atau menurunkan perkembangbiakan virus di sel," kata Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell Unair, Dr dr Purwati SpPd K-PTI FINASIM.

Tim peneliti sudah meneliti efek dari obat tersebut secara bertahap yakni 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

"Virus tersebut dari yang jumlahnya ratusan ribu menjadi undetected (tidak terdeteksi)," kata Purwati dalam konferensi pers daring pada Jumat (12/6/2020).

Kelima kombinasi obat tersebut adalah lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, lopinavir/ritonavir dengan doxycyline, lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, hydroxychloroquine dengan azithromicyne dan hydroxychloroquine dengan doxycycline.

Purwati menjelaskan alasan memilih regimen kombinasi dalam penelitian ini. Pertama, memiliki potensi dan efektivitas yang cukup baik untuk membunuh virus. Kedua, dosis yang dipakai kecil sehingga mengurangi toksisitas obat pada sel tubuh yang sehat.

"Dengan menurunnya jumlah virus bahkan sampai tidak terdeteksi dengan regimen obat ini maka bisa memutus mata rantai penularan," katanya.

 

Alasan Memilih Meneliti Kombinasi Obat yang Sudah Ada di Pasaran

Purwati menjelaskan bahwa obat-obat tersebut merupakan obat yang sudah beredar di pasaran. Ada dua alasan di balik pemilihan tersebut. Pertama, obat yang beredar di pasaran berarti sudah aman.

"Obat yang beredar di pasaran berarti sudah melalui berbagai macam uji sampai bisa mendapatkan izin edar dari Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan)," katanya.

Kedua, di masa pandemi seperti saat ini membutuhkan obat yang cepat tapi dengan melihat aspek keamanan untuk tubuh pasien.

Purwati juga menegaskan bahwa lima kombinasi obat ini belum diperjualbelikan. Namun, hasil riset kombinasi obat ini sudah dikirimkan pada tujuh jurnal.

"Kami harap apa yang sudah kami lakukan bisa memberi manfaat untuk Indonesia dan juga dunia," kata Purwati.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya