Perawatan Harus Tetap Berjalan, Pasien Kanker Kepala dan Leher Harus Cegah Risiko COVID-19

Pasien kanker juga diminta untuk tetap menerapkan pola hidup yang bersih, rutin membersihkan tangan, menggunakan desinfektan untuk peralatan yang digunakan, dan jaga jarak

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 26 Jul 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi Pasien Kanker, Kanker, Pasien (iStockphoto)
Ilustrasi kanker (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Pengobatan bagi pasien kanker kepala dan leher tidak seharusnya terhenti karena pandemi COVID-19. Hal ini karena penyakit tersebut sangat mempengaruhi kegiatan sehari-hari mereka seperti makan, minum, dan berbicara.

Namun, karena pasien kanker memiliki risiko 3,5 kali lipat lebih besar terinfeksi COVID-19, maka pasien kanker kepala dan leher harus menyesuaikan pengobatannya di samping tetap meningkatkan sistem imunitasnya.

"Kekebalan tubuh yang rendah menjadikan pasien kanker pada saat menjalankan pengobatan rentan terinfeksi virus," kata Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, Koordinator Pengembangan Pelayanan Kanker Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Dalam siaran pers yang diterima Health Liputan6.com, dikutip Kamis (23/7/2020), Soehartati mengatakan bahwa pasien kanker tetap harus meminimalkan paparan terhadap virus.

"Disarankan untuk menerapkan praktik hygiene yang baik seperti rutin membersihkan tangan, menggunakan desinfektan untuk peralatan yang digunakan, hindari kontak langsung dan jaga jarak," katanya.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Aktif Komunikasikan Keluhan

Ilustrasi Pasien Kanker, Kanker, Pasien (iStockphoto)
Ilustrasi kanker (Ilustrasi/iStockphoto)

Dokter spesialis bedah onkologi Sonar Soni Panigoro mengatakan bahwa pasien kanker kepala dan leher harus menyadari adanya perubahan cara perawatan mereka.

"Untuk itu diharapkan pasien selalu aktif mengkomunikasikan keluhan yang muncul pada dokternya sehingga perkembangan penyakitnya dapat terpantau," kata Sonar.

Sonar merekomendasikan pasien untuk tetap bisa berkomunikasi dengan dokter baik secara langsung atau jarak jauh apabila berada dalam kondisi yang krusial dan sesuai anjuran.

"Adanya komunikasi antara ahli medis dan pasien akah menghasilkan langkah yang tanggap apabila pasien kanker positif terinfeksi COVID-19, seperti pertimbangan ulang terkait pengobatan kanker dan perawatan intensif COVID-19 sehingga menghindari komplikasi lebih jauh," ujarnya.

Soehartati mengatakan, para ahli medis juga perlu mengupayakan pedoman pelayanan dan metode pengobatan yang optimal pada pasien kanker, khususnya kanker kepala dan leher, serta memastikan pengobatan tersebut sesuai dengan protokol pencegahan COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya