Liputan6.com, Jakarta Salah satu terobosan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yakni peran puskesmas dalam pelacakan kontak (tracing) COVID-19. Puskesmas di seluruh Jakarta turut andil melakukan pelacakan kontak sekaligus pengambilan spesimen COVID-19.
"Kami bersyukur bahwa teman-teman di puskesmas sudah punya pengalaman pada saat wabah flu burung dan difteri. Kasus COVID-19 ini relatif tinggi sehingga butuh kemampuan tim lapangan kami untuk melakukan tracing," ungkap Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti saat dialog di Media Center Satgas COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Minggu (9/8/2020).
"Dan itu (tracing) terbantu dengan kemampuan dari temen-temen puskesmas. Begitu ada laporan informasi kasus positif COVID-19 dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kami secara sistem menyampaikan kepada teman-teman di puskesmas."
Advertisement
Penyampaian informasi di atas dilakukan agar puskesmas yang tersebar di masing-masing kelurahan tahu, siapa saja nama warga dan domisili yang harus dites COVID-19.
"Dari situ, kami melakukan pendekatan kepada keluarga. Kemudian mencari cara untuk membuat penyelidikan epidemiologi wawancara. Lalu mengidentifikasi siapa-siapa saja warga yang kontak erat dengan pasien positif COVID-19 yang bersangkutan selama 14 hari terakhir," jelas Widyastuti.
Â
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Identifikasi COVID-19 sampai Tingkat Kelurahan
Widyastuti menerangkan, upaya teman-teman di puskesmas dalam upaya melakukan pelacakan kontak juga terlihat dari pemetaan kelurahan.
"Kami punya peta kemampuan, mapping sampai lini kelurahan. Ada data kelurahan mana-mana saja yang paling berisiko penularan COVID-19 dengan menghitung laju kecepatan penularan melalui pemeriksaan langsung ke tadi oleh temen-temen Gugus Tugas tingkat Kelurahan dan Gugus Tugas Tingkat RW," terangnya.
"Itu dengan membuat mapping di kelurahan, mana RT/RW yang paling berisiko penularan COVID-19 dan koordinasi antara Gugus RW bersama teman-teman ke puskesmas kecamatan. Tentunya, kerjasama dengan lurah, camat dan tokoh masyarakat setempat untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok usia yang paling berisiko COVID-19."
Dari pemetaan terhadap daerah dan kelompok yang berisiko dilakukan testing secara aktif oleh puskesmas. Bahkan membuat semacam aplikasi sehingga terdata kelompok berisiko kena COVID-19. Misal, pemetaan warna yang semakin tua warnanya, berarti semakin tinggi risiko COVID-19.
"Kelompok berisiko itu terutama lanjut usia, yang lebih dari 60 tahun. Kemudian individu yang punya penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, gangguan jantung, stroke, gangguan ginjal. Kolaborasi data angka komorbid untuk menurunkan laju kecepatan penyebaran COVID-19 dilakukan aktivitas tracing oleh teman-teman di puskesmas," tambah Widyastuti.
Advertisement