Sindrom MIS-C yang Diderita Setelah Anak Sembuh dari COVID-19 Bisa Akibatkan Kematian

Anak yang sembuh dari Corona COVID-19 masih berisiko mengalami sindrom MIS-C atau sindrom peradangan multisistem.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 08 Sep 2020, 09:04 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2020, 09:04 WIB
Imunisasi Campak di Tengah Pandemi Covid-19
Siswa sedang diukur suhu tubuh sebelum imunisasi campak pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN Serua 3, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (2/9/2020). Pemberian vaksin tersebut untuk sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko anak terkena penyakit. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Texas - Ahli Neonatalogi dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio, Dr Alvaro Moreira MD MSc, mengatakan, sindrom MIS-C yang diderita seorang anak setelah sembuh dari COVID-19 bisa mengakibatkan kematian.

Sebab, sindrom peradangan multisistem pada anak-anak ini akan memengaruhi banyak sistem organ seperti jantung, paru-paru, sistem neurologis, sampai sistem pencernaan si Kecil.

Itu mengapa seorang anak yang diketahui memiliki sindrom MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children setelah bertahan dari ganasnya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 harus dipantau seumur hidup.

Dalam tinjauan komprehensif yang melibatkan 662 pasien anak dengan sindrom MIS-C selama wabah pandemi COVID-19 berlangsung sejak Januari sampai Juli 2020, Alvaro dan tim menemukan sejumlah fakta yang mencengangkan.

Sindrom MIS-C yang gejalanya mirip dengan penyakit Kawasaki dan sindrom syok toksik (Toxic Shock Syndrome) membuat 71 persen anak-anak di dalam studi komprehensif tersebut menjalani perawatan intensif selama delapan hari.

Selain menampakkan tanda-tanda kayak demam, 73,7 persen pasien anak dengan sindrom MIS-C akan mengalami nyeri perut atau diare terlebih dahulu. Dan, sebanyak 68,3 persen ditambah dengan muntah-muntah.

"Konjungtivitis dan ruam juga terjadi," kata Alvaro dikutip dari situs Sciencealert pada Selasa, 8 September 2020.

 

Simak Video Berikut Ini


11 Anak dari 662 Pasien Anak dengan Sindrom MIS-C Meninggal Dunia

Imunisasi Campak di Tengah Pandemi Covid-19
Siswa mendapatkan imunisasi campak pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SDN Serua 3, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (2/9/2020). Pemberian vaksin yang disubsidi pemerintah dilakukan untuk mengurangi risiko anak terkena penyakit. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Lebih lanjut, Alvaro mengemukakan bahwa 11 orang anak dari 662 pasien anak dengan sindrom MIS-C di dalam penelitian tersebut meninggal dunia.

Bila melihat dari angka, lanjut Alvaro, angka kematian pada anak dengan MIS-C memang rendah. Sekitar 1,7 persen dari semua pasien anak-anak di dalam penelitian.

"Akan tetapi angka ini sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka kematian 0,09 persen yang diamati pada anak-anak dengan COVID-19," ujarnya.

 


Sembuh Dari Sindrom MIS-C Masih Ada, tapi

Pembukaan Kembali Kebun Binatang Los Angeles
Seorang anak yang mengenakan masker mengunjungi Kebun Binatang Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada 26 Agustus 2020. Kebun binatang tersebut dibuka kembali untuk umum dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan kesehatan setelah ditutup selama 166 hari akibat pandemi COVID-19. (Xinhua)

Harapan untuk sembuh dari sindrom MIS-C masih ada. Hanya saja, 54 persen dari 90 persen anak-anak di dalam penelitian tersebut yang menjalani pemeriksaan irama jantung (EKG), menunjukkan adanya kelainan.

Kelainan ini meliputi pelebaran pembuluh darah koroner, penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan tubuh, dan 10 persen pasien mengalami aneurisma pembuluh koroner yang menempatkan mereka pada risiko masalah jantung yang serius di masa depan.

"Ini adalah anak-anak yang akan membutuhkan pemantauan lebih serius guna melihat apakah masalah sindrom MIS-C ini mampu teratasi dengan baik selama sisa hidup mereka," kata Alvaro.

Menurut Alvaro, sindrom MIS-C ini adalah bencana bagi orangtua yang merasa senang ketika anaknya dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya