Sempat Nyatakan COVID-19 Bisa Menular Lewat Udara, CDC Ralat Panduan

CDC menyatakan adanya kesalahan saat mengunggah pernyataan tersebut ke halaman resmi mereka

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Sep 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 18:00 WIB
Banner Infografis Infografis WHO Akui Kemungkinan Penularan Covid-19 via Udara. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Infografis WHO Akui Kemungkinan Penularan Covid-19 via Udara. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Jakarta Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat dilaporkan sempat secara resmi menyatakan bahwa virus corona penyebab COVID-19 dapat menular melalui transmisi udara atau airborne.

Namun beberapa hari kemudian, badan kesehatan AS tersebut menarik dan meralat pernyataan tersebut dari laman resminya.

Dikutip dari Live Science pada Selasa (22/9/2020), pada Jumat lalu, CDC secara resmi memperbarui pedoman mereka dengan menyatakan bahwa virus penyebab COVID-19 dapat menyebar melalui aerosol atau partikel kecil yang bisa bertahan di udara.

Mereka menyatakan bahwa virus menyebar melalui percikan atau partikel kecil, seperti aerosol, yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas.

CDC menyebut bahwa jika partikel tersebut terhirup lewat hidung, mulut, saluran pernapasan, dan paru-paru, mereka dapat menyebabkan infeksi. Menurut mereka, "ini dianggap sebagai cara utama penyebaran virus."

CDC mengatakan, ada bukti yang berkembang bahwa percikan atau partikel di udara yang mengandung virus penyebab COVID-19 dapat tetap melayang dan terhirup oleh orang lain, serta mampu bergerak hingga lebih dari 6 kaki (sekitar 1,8 meter).

"Secara umum, lingkungan dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik meningkatkan risiko ini," kata mereka.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Salah Unggah

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (biru/pink) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Namun, CDC kemudian meralat pernyataan mereka. Senin (21/9) kemarin, mereka mengatakan bahwa panduan mengenai penularan COVID-19 lewat udara adalah sebuah kesalahan pengunggahan.

"Versi draf dari perubahan yang diusulkan untuk rekomendasi ini telah diunggah secara keliru ke situs resmi lembaga," kata CDC seperti dikutip dari Fox News.

"CDC saat ini memperbarui rekomendasinya mengenai penularan SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan COVID-19) melalui udara. Setelah proses ini selesai, pernyataan yang diperbarui akan diunggah."

Laman mereka saat ini menyatakan bahwa virus "diperkirakan menyebar terutama dari orang ke orang" melalui kontak dekat dan "percikan pernapasan yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara."

Terkait pencegahan, CDC tidak mengubah soal itu. Praktik yang harus dilakukan tetap sama seperti menggunakan masker, menjaga jarak sekitar 2 meter dari orang lain, menjaga kebersihan tangan, dan membersihkan permukaan benda yang kerap disentuh.

Meski belum ada keterangan yang benar-benar pasti mengenai penularan COVID-19 lewat udara, namun para pakar menyatakan bahwa kemungkinan tersebut tetap ada.

Juli lalu, World Health Organization (WHO) telah menyatakan adanya potensi penularan SARS-CoV-2 melalui aerosol. Beberapa penelitian pun mendukung kesimpulan ini. Salah satunya yang dirilis pada bulan Mei, mengenai penularan COVID-19 pada 52 orang yang berlatih paduan suara di Washington.

Infografis WHO Akui Kemungkinan Penularan Covid-19 via Udara

Infografis WHO Akui Kemungkinan Penularan Covid-19 via Udara. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis WHO Akui Kemungkinan Penularan Covid-19 via Udara. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya