Liputan6.com, Jakarta Masyarakat makin lengah dan takut testing (tes COVID-19) menjadi salah satu penyebab kasus COVID-19 di Indonesia terus naik. Data Satuan Tugas Penanganan COVId-19 per 24 September 2020, penambahan konfirmasi positif sebanyak 4.634 orang, sehingga total 262.022 orang.
"Seiring berjalannya waktu, kami melihat masyarakat makin lengah dan mengabaikan protokol kesehatan," jelas Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (24/9/2020).
"Masyarakat seolah tidak memiliki empati meski telah menyaksikan begitu banyak korban yang muncul setiap hari, yang menjadi kasus positif COVID-19."
Advertisement
Baca Juga
Sebagian besar masyarakat, lanjut Wiku, masih takut untuk melakukan testing tatkala memiliki gejala COVID-19.
"Ini karena adanya stigma negatif di masyarakat dan ketakutan atas biaya yang potensial tinggi dalam perawatan bila positif COVID-19," lanjutnya.
Â
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Bukan Penyakit yang Memalukan
Wiku mengimbau masyarakat sebaiknya tidak memandang negatif pada mereka yang positif COVID-19.
"Karena penyakit ini bukan penyakit yang memalukan. Siapapun yang terkena COVID-19 harus kita bantu dan sembuhkan," imbaunya.
"Tidak usah khawatir terhadap biaya perawatan karena seluruhnya ditanggung oleh pemerintah, baik menggunakan BPJS Kesehatan ataupun tidak dengan BPJS Ketenagakerjaan."
Â
Advertisement
Tren Konspirasi Anti COVID-19
Satgas COVID-19 juga melihat tren pemberitaan terkait terjadinya konspirasi anti COVID-19 yang belum tervalidasi dan tidak berbasis data ilmiah.
"Sayangnya, hal-hal ini masih dipercaya oleh masyarakat. Jadi, kami imbau masyarakat betul-betul bisa bekerjasama dengan pemerintah (dalam penanganan COVID-19). Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri," terang Wiku.
"Kami membutuhkan kolaborasi bersama masyarakat untuk menekan angka penularan COVID-19."
Provinsi dengan Kenaikan Kasus COVID-19
Berdasarkan data per 20 September 2020 secara nasional, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 8,4 persen. Penyumbang kasus-kasus dari kenaikan tertinggi, yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, Riau, dan Papua.
Untuk jumlah kasus tertinggi COVID-19 berasal dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Wiku menekankan, faktor penyebab lain kenaikan kasus COVID-19 terkait belum ada kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
"Kenaikan kasus COVID-19 dapat terjadi karena memang masyarakat belum disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini diperburuk dengan perilaku masyarakat yang masih sering berkerumun, sehingga meningkatkan risiko penularan COVID-19
Advertisement