Liputan6.com, Jakarta Jumlah orang yang diperiksa untuk COVID-19 di Indonesia seringkali menjadi sorotan. Banyak yang menilai bahwa tes COVID-19Â pada individu untuk menemukan virus corona di tanah air masih lebih rendah dari standar World Health Organization (WHO).
Dewi Nur Aisyah, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 mengatakan bahwa WHO menargetkan bahwa dari 1 juta penduduk, setiap pekannya harus dilakukan pemeriksaan corona pada seribu orang.
Baca Juga
"Jadi kalau kita berhitung angka nasional dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia adalah 267 juta jiwa, maka diperlukan pemeriksaan per minggunya 267 ribu per minggu," kata Dewi dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta pada Rabu (2/12/2020).
Advertisement
Dewi menjelaskan, perhitungan harus dilihat dalam satuan pekan atau per minggu karena periode tersebut adalah yang paling sesuai dengan standar WHO.
Lebih lanjut, Dewi mengatakan bahwa pemeriksaan COVID-19 di Indonesia sesungguhnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Dia menjelaskan, pada bulan Juni persentase pemeriksaan baru mencapai 16 persen dari target WHO.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Menurun Saat Libur Panjang
"Juli pun masih di angka 30 persen. Agustus sempat menginjak 40-an persen. Mungkin di September agak meningkat, naik di 70 persen. Oktober kita sempat 82 persen," kata Dewi.
"Pekan terakhir di bulan November, kita sudah mampu menembus angka 90 persen dari target WHO," tambahnya.
Dilihat dari perkembangannya, Dewi tidak menampik adanya penurunan jumlah pemeriksaan COVID-19 di bulan Oktober.
"Ini karena sedang terjadi libur panjang. Masih ada kendala atau tantangan di lapangan, jumlah pemeriksaan kita menurun pada saat itu, tapi kemudian bounce back, naik lagi sampai dengan sekarang," ungkapnya.
Per 28 November 2020, terdapat 11 provinsi yang angka pemeriksaan mingguannya sudah mencapai target WHO. Mereka adalah: DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Riau, Papua Barat, Sumatera Barat, Papua, Sulawesi Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, dan Kalimantan Selatan.
"Jadi kalau kita lihat distribusi dari 34 provinsi ini berbeda-beda. Yang sudah mencapai (target WHO) 11, lebih dari 50 persen ada 13, kurang dari 50 persen ada 10. Berarti yang harus kita tingkatkan yang ada di 10 provinsi. Yang 13 provinsi juga harus tetap butuh ditingkatkan."
Advertisement
Di Sisi Laboratorium
Selain itu, dari 466 laboratorium yang termasuk jejaring pemeriksa COVID-19, belum tentu semuanya melaporkan atau melakukan pemeriksaan setiap harinya.
Menurut Dewi, meski sudah mendapat persetujuan untuk tes COVID-19, namun laboratorium-laboratorium tersebut tetap harus dilihat lagi untuk kesiapan dan pelaksanaannya. "Bisa jadi dari kurang dari angka itu yang sebenarnya sudah melakukan pemeriksaan."
Di satu sisi, Dewi menilai bisa jadi pemeriksaan COVID-19 di Indonesia lebih tinggi dari angka 90 persen ke target WHO.
Dia mengungkapkan ada beberapa laboratorium yang meski sudah melakukan tes, namun masih harus menunggu persetujuan dari dinas kesehatan daerah.
"Karena belum tentu seluruh lab, entah dari yang jejaring itu, semua melaporkan, atau dari luar jejaring itu, sudah melakukan. Ini yang tercatat di sistem all new record Kementerian Kesehatan."
Infografis Seberapa Sering Harus Ikuti Tes Covid-19?
Advertisement