Seberapa Sering Kita Harus Tes COVID-19?

Intensitas atau frekuensi tes COVID-19 tergantung dari sisi profesi sebagai tenaga medis dan kesehatan maupun masyarakat

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Nov 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 08:00 WIB
Tes Swab
Warga menjalani "swab test" di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Rabu (7/10/2020). Pemerintah menetapkan harga batas tes usap alias tes swab melalui PCR untuk mendeteksi Covid-19 agar mendorong masyarakat melakukan tes secara mandiri. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Untuk menggencarkan penemuan kasus COVID-19, Pemerintah terus melakukan upaya pemeriksaan (testing) atau tes COVID-19. Lantas seberapa sering kita harus melakukan testing?

Kepala Subbidang Tracking Satuan Tugas COVID-19 Kusmedi Priharto menerangkan, intensitas atau frekuensi testing tergantung dari sisi profesi sebagai tenaga medis dan kesehatan maupun masyarakat.

"Sebenarnya kalau di institusi kesehatan ya di rumah sakit, sebaiknya seorang dokter ataupun paramedis yang ada di sana, minimal 2 minggu sekali dia melakukan tes COVID-19 atau seminggu sekali. Itu secara protokol dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah dianjurkan," terang Kusmedi saat dialog di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (24/11/2020).

"Bahwa tenaga kesehatan harus selalu testing, bergejala ataupun tidak gejala. Nah, itu saja kata-katanya sudah menjadi menjelaskan bahwa penyakit ini kadang-kadang susah ditebak gejalanya, maka testing-lah supaya kamu tahu, kamu terjangkit COVID-19 atau tidak."

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Jika Merasa Diri Tidak Enak, Segera ke Puskesmas

Puluhan Pedagang Pasar Burung Cipinang Kebembem Jalani Tes Swab
Tim medis Puskesmas Kecamatan Pulogadung melakukan swab tes (usap tes) pedagang pasar Burung Cipinang Kebembem, Jakarta, Jumat (19/6/2020). Sebanyak 82 orang yang mengikuti pemeriksaan swab tes dilakukan untuk memutus rantai penularan virus Corona (COVID-19). (merdeka.com/Imam Buhori)

Bagi masyarakat, tes COVID-19 dapat dilakukan dengan kesadaran pribadi. Apalagi jika merasa Anda terlibat dalam kerumunan, berada di tempat umum yang cukup banyak orang atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Kalau kita merasa diri sendiri enggak enak, Saya anjurkan langsung datanglah ke puskesmas terdekat. Sehingga tenaga kesehatan di puskesmas bisa memeriksa," lanjut Kusmedi.

Kalau memang diperlukan, pasien harus dilakukan tes COVID-19, maka dilakukan tes COVID-19. Saya rasa puskesmas tidak berani bermacam-macam dengan hal tersebut."

Untuk tes COVID-19 hasil pelacakan kontak (tracing), masyarakat tak perlu cemas. Pemerintah sudah menyediakan tes COVID-19 secara gratis.

"Hanya kadang-kadang ada orang yang kepengen ditesting di tempat-tempat dengan pelayanan yang lebih dan sebagainya. Padahal, kalau kita betul betul memang ada gejala COVID-19, di puskesmas juga bisa tes gratis," imbuh Kusmedi.


Tes COVID-19 dari Hasil Tracing

Aktivitas Senam Pasien OTG Covid-19
Sejumlah pasien berstatus orang tanpa gejala (OTG) melakukan senam bersama tim medis di Rumah Singgah Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/5). Dari 40 pasien OTG, beberapa di antaranya mengikuti senam di balkon kamar karena masih menunggu hasil pemeriksaan. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Pemeriksaan testing pun dapat diawali dengan pelacakan kontak (tracing) dan kontak erat terhadap siapa saja yang kira-kira terpapar COVID-19, terutama saat seseorang dinyatakan positif COVID-19. 

"Testing bisa diawali dari tracking dengan mencari orang-orang yang positif atau orang-orang yang kontak dengan orang yang positif, sehingga kita bisa mendapatkan hasil, apakah dia positif atau negatif," kata  Kusmedi.

"Kalau positif COVID-19, dia harus dikarantina atau diisolasi. Ya, bisa isolasi mandiri atau isolasi yang disediakan oleh pemerintah. Kalau gejalanya cukup berat, maka dia dibawa ke rumah sakit."

Kusmedi menekankan, tim di lapangan mencoba menemukan orang-orang yang ditracing dalam posisi masih gejala ringan dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Kemudian mereka bisa disembuhkan. Bahkan penyembuhan kemungkinan tidak dengan obat medis, melainkan menggunakan istirahat yang cukup.

"Supaya daya tahan tubuhnya bagus. Lalu bisa melakukan olahraga atau meminum obat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya," ujar Kusmedi.


Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona

Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya