Penjelasan Peneliti Soal Turunnya Efikasi Vaksin COVID-19 Sinovac di Brasil jadi 50,4 Persen

Peneliti Butantan Institute menjelaskan alasan hasil efikasi dalam uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac di Brasil turun ke angka 50,4 persen

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Jan 2021, 09:12 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2021, 09:12 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil efikasi vaksin COVID-19 Sinovac yang diuji klinis di Brasil dilaporkan anjlok ke angka 50,4 persen. Meski masih berada sedikit di atas standar World Health Organization (WHO), namun laporan efikasi vaksin COVID-19 ini jauh lebih rendah daripada pengumuman pekan lalu.

Pekan lalu, para peneliti di Brasil mengatakan bahwa hasil uji klinis vaksin bernama CoronaVac itu menunjukkan efikasi hingga 78 persen melawan kasus COVID-19 gejala "ringan hingga berat."

Namun, dikutip dari Channel News Asia, pada saat itu mereka tidak mengatakan apa pun soal kelompok infeksi "sangat ringan" di antara penerima vaksin yang tidak memerlukan bantuan klinis.

Ricardo Palacios, Medical Director for Clinical Research di Butantan Institute mengatakan pada Selasa waktu setempat, bahwa temuan efikasi baru ini karena disertakannya data-data pada kasus yang "sangat ringan."

Mengutip Bloomberg, pejabat negara bagian Sao Paulo dan peneliti dari Butantan menjabarkan bahwa mereka membagi kasus COVID-19 dalam enam kategori: asimptomatik (tidak bergejala), sangat ringan, ringan, dua tingkat sedang, dan berat. Dua kategori pertama tidak memerlukan bantuan medis.

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Memasukkan Kasus Sangat Ringan

Dilaporkan bahwa angka 78 persen yang sempat diumumkan pekan lalu memperhitungkan kasus ringan, sedang, dan parah.

Saat kasus "sangat ringan" di 13 ribu sukarelawan dimasukkan, angkanya menjadi 50,4 persen, dengan 167 terinfeksi pada kelompok plasebo dan 85 pada kelompok vaksin.

"Vaksin menurunkan intensitas penyakit," kata Palacios.

Ia mengatakan bahwa fakta uji klinis dilakukan pada petugas medis yang sangat terpapar virus, serta dua dosis yang diberikan dalam waktu singkat, membantu menjelaskan efikasi yang lebih rendah.

Palacios juga mengatakan bahwa kasus "sangat ringan" yang dimasukkan dalam laporan juga berdampak pada angka akhir.

"Kami menambahkan semua kemungkinan kesulitan," ujarnya. "Ketika Anda mempersingkat waktu antar dosis, Anda menurunkan respon kekebalan.

Butantan sendiri mengatakan bahwa tidak ada efek samping serius yang dilaporkan dalam uji klinis. Tujuh sukarelawan dari kelompok plasebo membutuhkan rawat inap, sementara tidak ada kelompok vaksin yang membutuhkannya. 


Kritik dari Pakar

Pabrik Vaksin COVID-19 Sinovac di Beijing
Seorang pekerja berada di dalam laboratorium di pabrik vaksin SinoVac di Beijing, Kamis (24/9/2020). Perusahaan farmasi China, Sinovac mengatakan vaksin virus corona yang dikembangkannya akan siap didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk AS, pada awal 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)

Dilaporkannya sebagian data beberapa waktu lalu membuat beberapa ilmuwan dan pengamat mengecam Butantan. Hal ini disebut hanya menghasilkan ekspektasi yang tidak realistis.

"Kita punya vaksin yang bagus. Bukan vaksin terbaik di dunia. Bukan vaksin yang ideal, tapi tetap vaksin yang baik" kata Natalia Pasternal, ahli mikrobiologi.

"Kita butuh pembicara yang lebih baik," kata Gonzalo Vecina Nato, profesor kesehatan masyarakat di University of Sao Paulo dan mantan kepala regulator kesehatan Brasil, Anvisa.

Meski begitu, Palacios menekan bahwa tidak ada sukarelawan vaksin CoronaVac yang harus dirawat karena gejala COVID-19 di rumah sakit. Pakar mengatakan hal itu mungkin menjadi kabar yang cukup melegakan bagi Brasil.

Namun, perlu waktu lebih lama untuk mengekang dengan vaksin yang masih memungkinkan banyaknya kasus ringan. "Ini adalah vaksin yang akan memulai proses mengatasi pandemi," kata Pasternak.

Sementara itu di Indonesia, CoronaVac dinyatakan memiliki efikasi 65 persen pada populasi umum dan telah mendapatkan izin pakai darurat. Di Turki, laporan efikasi mencapai 91,25 persen berdasarkan analisis interim.


Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal

Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya