Antara Jamu Gendong dan Ramuan Buatan Sendiri, Lebih Baik yang Mana?

Jamu terkenal sebagai minuman tradisional yang memiliki berbagai khasiat, minuman ini sering dijajakan oleh penjual dengan cara digendong yang kemudian disebut jamu gendong.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jan 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2021, 08:00 WIB
Jambu Gendong
Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Berdasar standar Bank Dunia, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan justru naik menjadi 24 persen pada Oktober 2019 lebih tinggi dari April 2019 yang sebesar 23,7 persen. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Jamu terkenal sebagai minuman tradisional yang memiliki berbagai khasiat, minuman ini sering dijajakan oleh penjual dengan cara digendong yang kemudian disebut jamu gendong.

Namun, apakah jamu gendong higienis dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes)?

Menurut dr. Ratna Asih, M.Si dari Perkumpulan Dokter Pengembangan Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) ia belum dapat memastikan apakah jamu gendong higienis atau tidak.

“Saya sih tidak mengatakan (jamu gendong) higienis atau tidak, tapi menurut Permenkes nomor 9 tahun 2016 yang diharapkan Kemenkes adalah kita tanam sendiri, petik sendiri, dan olah sendiri,” ujar Ratna dalam webinar Geriatri TV ditulis Kamis (21/1/2021).

“Tapi kita kadang-kadang capek, repot, ya silakan kalau mau beli boleh. Intinya kalau di asuhan mandiri (asman) ya begitu, tanam, petik, olah sendiri ini pasti lebih terjamin.”

Berbeda dengan jamu gendong, tanaman obat yang ditanam di taman obat keluarga (toga) sudah diuji di lab kesehatan daerah sesuai arahan Kemenkes. Di sana tanaman-tanaman tersebut diuji dan dilihat apakah terbebas dari bakteri ecoli dan bahan kimia atau tidak.

Di sisi lain, Kemenkes telah memberikan tugas kepada Puskesmas untuk membina penjual jamu gendong yang ada di daerah masing-masing agar menjual jamu dengan kualitas baik.

Simak Video Berikut Ini:

Saran Ratna

Ratna juga memberi saran kepada seluruh masyarakat terutama lanjut usia (lansia) untuk menanam tanaman obat sendiri di halaman rumah.

Lansia dapat menanam 5 sampai 10 jenis tanaman obat sesuai dengan keluhan atau penyakit yang diidap.

“Sesuaikan dengan kebutuhan, kalau sering pegal linu bisa tanam kunyit, jahe, temulawak.”

Menanam tanaman obat juga tidak selalu perlu lahan yang luas. Beberapa tanaman bisa ditanam di dalam pot seperti kunyit, kencur, jahe merah, dan daun mint. Tanaman-tanaman ini bisa dipanen setiap tiga bulan.

Pembatasan jumlah tanaman berdasarkan kebutuhan juga bertujuan agar perawatannya mudah. Jika tanamannya sedikit (5-10) maka akan mudah dirawat. Namun, jika terlalu banyak maka akan menyebabkan kelelahan apalagi pada lansia.

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat COVID-19

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya