Ahli: Pasien dan Penyintas COVID-19 Rawan Terkena Gangguan Psikologis

Dokter spesialis kedokteran jiwa Nova Riyanti Yusuf mengungkapkan, baik pasien atau penyintas COVID-19 rawan mengalami distorsi atau gangguan psikologis

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Feb 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi stres
Ilustrasi gangguan psikologis pada penyintas COVID-19. Sumber foto: unsplash.com/Nik Shuliahin.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJ) wilayah DKI Jakarta, Nova Riyanti Yusuf mengungkapkan, baik pasien atau penyintas COVID-19 rawan mengalami distorsi atau gangguan psikologis.

"Memang pada pasien COVID-19 itu bisa dipastikan ada distorsi psikologis yang dialami," ujar Nova dalam diskusi di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (17/02/2021).

Nova yang juga merupakan Secretary General-Asian Federation of Psychiatric Asociations ini mengatakan, PDSKJI telah melakukan swaperiksa secara random baik terhadap orang-orang yang telah terinfeksi maupun yang belum terinfeksi COVID-19.

"Dari 4.010 yang mengisi swab periksa tersebut, 64,8 persennya mengalami masalah psikologis dan yang menarik itu adalah ada 65 persen cemas, 62 persen depresi," jelas Nova.

Beberapa penelitian di luar negeri disebut Nova, juga membuktikan pasien COVID-19 banyak yang mengalami gangguan psikologis.

Di China misalnya, Nova mengatakan berdasarkan asesmen terhadap 730 pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di sana, menunjukkan bahwa prevalensi gejala-gejala stres pascatrauma yang berhubungan dengan COVID-19 mencapai 96,2 persen.

Tidak hanya pasien, penyintas COVID-19 disebut Nova juga mengatakan banyak yang mengalami ganggu psikologis berupa post-traumatic stress disorder (PTSD).

"Ada 64 pasien COVID-19 yang dirawat di Korea begitu pulang 20,3 persennya ternyata masih mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder)," jelasnya.

Lebih lanjut, Nova menjelaskan bahwa terdapat perbedaan besar antara PTSD dengan stres pada umumnya.

"PTSD itu berbeda karena terjadinya minimal itu satu bulan, berbeda dengan stres umunya yang hanya tiga hari," jelas Nova.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Berikut Ini


30 hingga 50 persen peyintas COVID-19 mengalami PTSD

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Pakar Pendamping dan Dukungan Psikososial Kebencanaan Relawan Satgas COVID-19, Dr. Endang Mariani mengungkapkan, berdasarkan penelitian, sekitar 30 hingga 50 persen peyintas COVID-19 mengalami PTSD.

"Berarti satu dari tiga penyintas juga mengalami hal yang sama (PTSD)," ujar Endang di kesempatan yang sama.

Endang menjelaskan, terdapat beberapa dampak yang dapat terjadi jika seseorang terkena PTSD. Di antaranya, selalu nerasa sendirian atau tersisih, sulit untuk berpikir, merasakan sesuatu yang menakutkan akan terjadi, sering merasa lelah, gangguan tidur, dan masih banyak lagi.

"Namun yang paling terlihat itu akan sulit bersosialisasi dan menurunnya produktivitas," jelas Endang.

Selain itu, para penderita PTSD disebut Endang, biasanya akan mengalami self-stigma atau sering menyalahkan diri sendiri. Namun, biasanya hanya menyerang di usia-usia tertentu.

"Mereka yang mengalami self stigma biasanya mereka yang di usia 18 sampai 22 tahun, dan 23 sampai 30 tahun.

Dengan rentang penderita di usia tersebut, maka Endang menyebut perlu adanya perhatian khusus yang diberikan, karena di usia tersebut pula, seseorang tengah mengalami quarter life crisis atau krisis psikologis yang biasa dialami orang berusia 20 hingga 30 tahun.

 

(Penulis: Rizki Febianto)


Infografis

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya