Liputan6.com, Jakarta - Kecanduan alkohol tidak serta merta hanya disebabkan pola asuh dan lingkungan yang salah. Melainkan, kecanduan juga dipengaruhi fungsi otak.
Seperti disampaikan Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), ketika seseorang menggunakan suatu zat, zat itu akan bekerja pada otak secara aktif.
Baca Juga
“Sehingga yang terjadi adalah gangguan di area-area otak tertentu,” ujar Siste dalam seminar daring UI belum lama ini.
Advertisement
Beberapa area otak yang dapat terpengaruh oleh alkohol yakni dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) dan rostral prefrontal cortex (RPFC) yang terletak di depan dan memiliki fungsi eksekutif, kontrol kognitif (perilaku), dan pengambilan keputusan yang tepat.
“Jika seseorang mengalami kecanduan, area ini rusak sehingga dia tidak bisa mengambil keputusan secara tepat,” katanya.
Bagian otak lainnya yang dapat terpengaruh alkohol adalah inferior frontal gyrus (IFG) dan orbitofrontal cortex (OFC). Kedua bagian ini berfungsi memproses emosi dan pengambilan keputusan. Serta, masih banyak bagian lain yang dapat terpengaruh termasuk fungsi memori.
“Mereka yang kecanduan akan mengalami penurunan fungsi daya ingat,” kata Siste.
Simak Video Berikut Ini
Area Reward System
Orang yang kecanduan alkohol akan cenderung kesulitan dalam menghentikan konsumsinya terhadap zat tersebut.
Hal ini dikarenakan alkohol memengaruhi salah satu sistem pada otak yang disebut reward system.
“Area reward system adalah ketika seseorang menggunakan zat atau alkohol itu, maka ada yang nama pembanjiran neurotransmitter atau zat kimia otak yang namanya dopamin.”
Ketika dopamin meningkat, maka akan ada rasa senang dan tenang yang berlebihan sehingga rasa percaya diri itu ada.
“Yang tadinya enggak bisa ngomong depan orang banyak atau di muka umum, dengan menggunakan alkohol dia akan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Hal itu yang menyebabkan dia tidak bisa mengontrol penggunaan alkoholnya,” jelas Siste.
Advertisement
Tahap Kecanduan
Siste juga menjelaskan bahwa seorang peminum alkohol atau minuman keras (miras) tidak serta merta kecanduan dalam satu kali minum.
“Penggunaan alkohol sendiri memang ada kontinumnya tidak langsung kecanduan,” ujar Siste.
Kontinum atau tahapannya diawali dengan coba-coba, kemudian berkembang menjadi minuman yang perlu dikonsumsi ketika berkumpul bersama teman-teman dalam rangka bersenang-senang.
Konsumsi alkohol selanjutnya berkembang ke tahap reguler. Dalam tahap ini peminum mulai rutin meminum alkohol misalnya di setiap akhir pekan.
Intensitas minum alkohol pun terus berkembang menjadi kebiasaan. Di tahap kebiasaan, peminum dapat mengonsumsi alkohol misalnya tiga kali dalam seminggu.
Pada akhirnya, dari tahap kebiasaan itu sampailah peminum pada tahap kecanduan.
“Kalau seseorang telah mengalami kecanduan, maka orang tersebut akan menggunakan zat itu secara berlebihan dan tidak bisa terkontrol.”
Siste menambahkan, pada tahap kecanduan, seseorang tidak dapat mengontrol konsumsi alkohol baik secara jumlah maupun waktu mengonsumsinya.
“Misal, pada saat bangun tidur, yang terpikir adalah menggunakan alkohol, semakin lama jumlah penggunaannya pun semakin meningkat dan semakin sering,” tutup Siste.