Pahami Karakter Sebelum Berlibur, Solo Travelling atau Bersama Teman?

Waktu libur menjadi kesempatan setiap orang untuk berwisata. Dalam berwisata sebagian orang ada yang memilih bersama teman, ada pula yang lebih suka sendiri atau sering disebut solo travelling.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Mar 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi Solo Travelling
Ilustrasi Solo Travelling. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Waktu libur menjadi kesempatan setiap orang untuk berwisata. Dalam berwisata sebagian orang ada yang memilih bersama teman, ada pula yang lebih suka sendiri atau sering disebut solo travelling.

Menurut psikolog klinis dari lembaga holistic healing Enlightmind, Nirmala Ika, wisata sendiri atau beramai-ramai bukanlah hal yang salah. Namun, pemahaman terhadap karakter diri perlu diketahui masing-masing orang.

“Soal pergi sendiri atau beramai-ramai itu tergantung karakter masing-masing orang, enggak ada yang salah dengan hal itu sih, yang penting dia paham dengan karakternya itu dan siap dengan risikonya,” ujar Nirmala kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat ditulis Minggu (28/3/2021).

Ia menambahkan, solo travelling pernah populer dan berkesan keren, lalu banyak orang mempromosikan itu sebagai sebuah pilihan gaya travelling.

“Tapi solo traveling enggak semudah itu juga jadi kalau kita model orang yang senang beramai-ramai, melakukan solo travelling akan terasa berat demikian juga sebaliknya,” katanya.

Simak Video Berikut Ini

Waktu yang Ideal untuk Berwisata

Nirmala juga menyampaikan bahwa wisata atau wisata alam idealnya dilakukan setiap hari.

 “Idealnya setiap hari kita wisata alam,” ujar Nirmala.

Ia menambahkan, berwisata alam tidak harus ke gunung atau ke pantai. Namun, jalan-jalan sejenak keliling komplek atau di taman sekitar rumah juga dapat disebut wisata alam.

“Yang penting sebenarnya adalah bukan ke mana kita pergi, tapi membuat diri kita terkoneksi lagi dengan alam dan sekitar kita.”

Menikmati alam dapat dilakukan dengan cara menyingkirkan gawai untuk sementara dan menikmati pemandangan yang ada.

“Bunga-bunga atau mungkin sekadar melihat warna batang pohon yang ternyata cantik ketika diamati lebih dekat.”

Lebih jauh, ia memaparkan bahwa perjalanan wisata yang baik adalah yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.

“Kalau untuk wisata alam yang serius misalnya mau ke gunung, ke laut, ke danau ini bisa disesuaikan dengan kondisi kita baik secara finansial, waktu, dan lain-lain.

“Kalau kita rutin berwisata alam sederhana seperti yang sebelumnya dijelaskan, mestinya kebutuhan untuk wisata alam ini bisa dikelola.”

Jika wisata alam sederhana idealnya dilakukan setiap hari, maka wisata alam yang benar-benar pergi ke alam terbuka idealnya dilakukan setiap 3 bulan, ujar Nirmala.

“Setiap 3 bulan kita bisa istirahat sejenak dari rutinitas kita dan benar-benar berwisata ke alam, tapi kan kadang enggak memungkinkan ya? Jadi setahun 1-2 kali masih oke asal rutin melakukan upaya mengelola stres dengan cara-cara lain,” tutupnya.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya