Perubahan Gaya Hidup Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Risiko penyakit jantung dapat diturunkan dengan mengubah gaya hidup, seperti pola makan dan olahraga.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2021, 20:00 WIB
Awas, Anak Muda Sekarang Banyak yang Sakit Jantung, Ini Gejalanya
Kasus serangan jantung yang dialami artis Irena Justine memperlihatkan anak muda pun rentan punya penyakit mematikan ini. Apa saja tandanya?

Liputan6.com, Jakarta - Jika di antara anggota keluarga dekat pernah mengalami penyakit jantung, salah satu anggota keluarga lainnya memiliki peningkatan risiko penyakit tersebut. Namun, ada cara untuk mengurangi risiko penyakit jantung, yakni perubahan gaya hidup.

Dilansir dari Medical News Today, penyakit jantung yang terjadi dalam keluarga mungkin bukan tanda kerentanan genetik. Keluarga cenderung berbagi faktor gaya hidup, termasuk pola makan dan olahraga yang semuanya dapat memengaruhi risiko penyakit jantung. 

Pola makan yang buruk akan meningkatkan faktor risiko independen lain untuk penyakit jantung, seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes. Mengonsumsi makanan yang tinggi lemak trans dan lemak jenuh secara perlahan meningkatkan risiko penyakit jantung seiring bertambahnya usia. 

Namun, lemak tak jenuh justru dapat menjaga kesehatan jantung. American Heart Association menganjurkan untuk mengonsumsi ikan, seperti mackarel, herring, sarden, dan salmon setidaknya dua kali seminggu. Ikan merupakan sumber protein baik dan omega-3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fat).

Selain ikan, mereka juga merekomendasikan makan asam lemak omega-3 yang diturunkan dari tumbuhan. Kandungan tersebut bisa ditemukan pada tahu dan bentuk kedelai lainnya, kemudian kenari, biji rami, dan minyaknya, serta minyak canola.

Simak Juga Video Berikut

Olahraga Bantu Jaga Kesehatan Jantung

olahraga aerobik
ilustrasi olahraga aerobik/photo By TuiPhotoEngineer (Shutterstock)

Pada Agustus 2020, European Society of Cardiology menerbitkan pedoman tentang olahraga pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Prof. Sanjay Sharma yang merupakan salah satu penyusun pedoman tersebut mengungkapkan bahwa kemungkinan olahraga yang memicu serangan jantung atau serangan jantung sangat rendah. 

Di sisi lain, ia juga menambahkan untuk berhati-hati ketika akan melakukan olahraga.

"Orang yang sama sekali tidak aktif dan penderita penyakit jantung lanjut harus berkonsultasi dengan dokter sebelum berolahraga," ungkapnya.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi

Infografis

Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya