Sering Dianggap Sama, Kenali Beda Efikasi dengan Efektivitas Vaksin

Efikasi dan efektivitas vaksin sering dianggap sebagai hal yang sama. Namun, sebenarnya kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mendasar.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2021, 19:00 WIB
Vaksin/dok. Unsplash Hakan
Vaksin/dok. Unsplash Hakan

Liputan6.com, Jakarta Efikasi dan efektivitas vaksin sering dianggap sebagai hal yang sama. Namun, sebenarnya kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mendasar.

Efikasi dan efektivitas vaksin sama-sama menunjukkan rasio terinfeksi pada kelompok yang menerima vaksin. Profesor mikrobiologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Amin Soebandrio dalam kuliah umum Swiss German University secara virtual ditulis Sabtu (17/4/2021) menyampaikan bahwa penghitungan efikasi diperoleh dari hasil uji klinik vaksin, sedangkan efektivitas diukur setelah vaksinasi dilakukan pada masyarakat.

Amin menjelaskan bahwa pada saat uji klinik semua variabel mulai dari subjek vaksin, penanganan vaksin, hingga vaksinatornya merupakan variabel terkendali. Sementara, ketika vaksin sudah diberikan ke khalayak umum, situasinya tidak terkendali karena subjek vaksin tidak diketahui kondisinya. Pun dengan penanganan vaksin yang tidak sebaik ketika uji klinik.

Effectiveness itu lebih kecil dari efficacy, karena banyak faktor yang tidak terkontrol,” kata Amin.

Simak Juga Video Berikut


Menghitung Efikasi

FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Seorang peneliti bekerja di laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Untuk mengetahui hasil efikasi vaksin, perlu dilakukan beberapa tahap penghitungan. Amin menyebut, saat uji klinik akan ada kelompok yang mendapatkan vaksin dan yang tidak mendapatkan vaksin atau disebut dengan plasebo. 

“Yang tidak mendapatkan vaksin itu tetap disuntik tetapi tidak ada isi vaksinnya,” ungkap Amin.

Setelah proses vaksinasi dilakukan, kemudian akan dibandingkan jumlah orang yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dalam kelompok yang mendapatkan vaksin. Hal serupa juga dilihat dari kelompok yang tidak mendapatkan vaksin. Dari penghitungan tersebut akan didapatkan jumlah risiko terinfeksi pada yang mendapat vaksin dan jumlah risiko infeksi pada yang tidak mendapat vaksin. 

Kemudian perbandingan risiko infeksi pada kedua kelompok tersebut akan disebut risiko relatif. Risiko relatif ini lalu akan dihitung kembali untuk mendapatkan efikasi.


Menentukan Efektivitas

Distribusi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Seorang karyawan di distributor McKesson Corporation memindai sekotak vaksin Johnson & Johnson saat mengisi pesanan di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menjadi vaksin corona ketiga yang sah digunakan di AS. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Menurut Amin, dalam menentukan efektivitas vaksin ada banyak faktor yang memengaruhi. Faktor pertama adalah cakupan vaksinasi terhadap populasi. Untuk mencapai kekebalan kelompok, maka vaksinasi harus dilakukan kepada 70 sampai 80 persen dari populasi.

Faktor penentu lainnya adalah kekebalan sebelumnya yang didapat oleh sebagian populasi dari infeksi secara alami. Kemudian tipe atau jenis vaksin yang dipakai.

Selanjutnya, kesesuaian vaksin dengan mutasi virus.

“Kita sudah dengar ada varian-varian baru yang mungkin  akan menyebabkan efektivitas itu akan berkurang,” ujar Amin.

Faktor terakhir yang menentukan efektivitas vaksin adalah transmissibility atau kemampuan virus menyebar.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi


Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia?

Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya