Liputan6.com, Jakarta - Film Korea Sweet & Sour yang tayang di Netflix pada Jumat, 4 Juni 2021, berhasil menjadi buah bibir dan langsung bertengger di posisi nomor 8 trending topik dunia Twitter pada Sabtu malam, 5 Juni 2021 hingga Minggu pagi, 6 Juni 2021.
Sweet & Sour yang berdurasi 1 jam 42 menit dibintangi artis Korea papan atas, seperti Jang Ki Yong, Chae Soo-bin, dan Krystal Jung.
Baca Juga
Selain memiliki alur tidak terduga, karakter utama di Sweet & Sour punya latar kehidupan yang bisa jadi pelajaran untuk siapa saja. Karakter Lee Jang-hyeok atau Jang-hyuk diceritakan mengidap penyakit hepatitis.Â
Advertisement
Saat ini, orang seperti Lee Jang-hyeok atau Jang-hyuk yang diperankan Jang Ki-yong banyak di Indonesia. Namun, pada beberapa kasus, tidak sedikit pula yang telat menyadari bahwa dirinya mengidap hepatitis.Â
Berikut penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan mengobati hepatitis dirangkum Health Liputan6.com pada Minggu, 6 Juni 2021.
Simak Video Berikut Ini
Mengenal Hepatitis dan Jenisnya
Hepatitis menandakan adanya peradangan di hati. Orang awam biasa menyebut hepatitis dengan penyakit kuning. Â
Disebut penyakit kuning, karena pasien hepatitis akan memerlihatkan wajah atau tubuh yang menguning saat penyakit yang diidapnya meradang.
Hal ini juga diperlihatkan di menit-menit awal Sweet and Sour saat karakter Lee Jang-hyeok dilarikan ke rumah sakit.
Dikutip dari situs Medicine Net, penyebab seseorang terkena hepatitis karena adanya virus, yang mengakibatkan fungsi hati terus menurun dan kian lama menjadi rusak.
Hepatitis memiliki beragam jenis. Ada hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Itu yang biasa dialami pasien di seluruh dunia. Padahal, ada juga hepatitis D, E, dan G.
Advertisement
Hepatitis A (HAV): Pengertian, Gejala, dan Penyebab
Data Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa hepatitis A menyumbang sekitar 1.781 infeksi baru per tahun di Amerika Serikat.
Hepatitis A sama seperti COVID-19, merupakan penyakit yang bisa menyebar dengan mudah.
Penyebaran dapat terjadi melalui air liur atau konsumsi makanan. Bila di dalam rumah ada pasien hepatitis A, tidak menutup kemungkinan dapat menularkannya ke anggota keluarga lainnya.
Dalam sebuah kesempatan, dr Wiendra Waworuntu MKes yang pada 2019 menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan, penularan hepatitis A bisa terjadi melalui kotoran tinja dan juga mulut.
Sementara Ketua Perhiumpunan Peneliti Hati Indonesia cabang Makassar, Fardah Akil pada Juli 2020 mengatakan bahwa faktor risiko hepatitis A muncul karena adanya masalah pada kebersihan diri sendiri dan fasilitas lingkungan.
Ada pun gejala hepatitis A sebagai berikut:
- Kelelahan
- Mual
- Sakit perut
- Kehilangan nafsu makanan
- Demam ringan
Hepatitis B
Karakter Lee Jang-hyeok diceritakan mengidap hepatitis B. Hal ini diketahui dari dialog perawat Da-eun (Chae Soo-bin) ke tiga pasien yang berada satu kamar dengan Jang-hyeok.
Semula ketiga orang tersebut hanya sekadar tahu bahwa Jang-hyeok terkena hepatitis. Alhasil, mereka pun selalu jaga jarak, bahkan tidak mengizinkan Da-eun membuka tirai tempat tidur Jang-hyeok.
Paranoid ketiganya menjadi-jadi saat orangtua Jang-hyeok datang menjenguk tapi enggan berdiri terlalu dekat dengan anaknya, dan langsung pakai masker.
"Kau tidak boleh membuka tirai begitu saja," kata mereka dengan mulut ditutupi masker.
"Itu hepatitis. Bagaimana jika menular? Itu berbahaya," kata mereka lagi.
Da-eun pun langsung menjawabnya,"Kau tidak akan tertular hepatitis darinya. Dia mengidap hepatitis, itu bukan penyakit menular. Hepatitis B tidak menular.".
Ya, seperti yang dikatakan Da-eun, hepatitis B tidak gampang menular seperti hepatitis A.
Kemungkinan besar Jang-hyeok terkena hepatitis B dari ibunya, saat masih berada di kandungan. Sebab, sebagaimana penjelasan Fardah, ibu hamil yang positif hepatitis B juga bisa menularkan infeksi kepada bayi.
Hal senada juga dikatakan Wiendra,  penyebaran virus dapat terjadi akibat ibu yang mengidap hepatitis B dan menurun ke anak dalam kandungannya melalui darah. Sehingga hepatitis B masuk ke dalam pembuluh darah bayi.
Pada dasarnya, Fardah, mengatakan, penularan hepatitis B dapat menyebar melalui darah atau serum (bagian cairan darah) yang mengandung virus.
Jika hepatitis A mirip COVID-19, hepatitis B mirip HIV lantaran dapat menyebar melalui kontak seksual. Hanya saja kadarnya lebih rendah hingga 1.000 kali lipat dibandingkan serum darah.
Berikut gejala hepatitis B:
- Mata kuning
- Sakit perut
- Warna air kencing tak jernih
Pada beberapa orang, terutama anak-anak, tidak mengalami gejala apa pun. Dalam kasus-kasus kronis, penderita bisa mengalami gagal hati, kanker atau jaringan parut dapat terjadi.
Advertisement
Hepatitis C
Dalam pemaparannya, Fardah, menjelaskan, hepatitis B dan C memiliki model penularan yang sama, sama-sama lewat paparan darah dan cairan tubuh yang mengandung darah.
"Untuk infeksinya diperlukan perlukaan pada kulit atau mukosa," katanya.
Penularan hepatitis C disebut Fardah lebih banyak pada penggunaan transfusi, pemakaian alat suntik, dan adanya pasien-pasien yang mempunyai infeksi hepatitis, sebagai contoh adalah HIV.
Penularan virus juga bisa melalui kontak seksual. Diperkirakan 50 persen hingga 70 persen pasien dengan infeksi hepatitis C akut mengalami infeksi kronis. Hal ini bisa berujung sirosis, gagal hati, dan kanker hati. Diperkirakan ada sekitar 3,2 juta orang mengalami hepatitis C kronis di Amerika Serikat.
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala hepatitis C. Mereka mungkin mengalami kelelahan, mual, kehilangan nafsu makan, dan mata juga kulit kuning.
Â
Pencegahan Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C
Hepatitis A bisa dicegah dengan rutin mencuci tangan menggunakan sabun setiap kali ke kamar mandi dan sebelum menyiapkan makanan. Selain itu, masaklah makanan dengan suhu 85 derajat selsius selama setidaknya satu menit.
Berikan juga vaksinasi bagi mereka yang berisiko tinggi misalnya pekerja laboratorium atau orang dengan penyakit hati kronis.
Sementara hepatitis B dan hepatitis C bisa dicegah dengan penggunaan alat pelindung diri sesuai standar bagi pekerja layanan kesehatan, menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi, berhati-hati dan tidak menggunakan jarum suntik atau alat kedokteran yang tidak steril, serta vaksinasi bagi mereka yang berisiko tinggi.
Selain itu, penting juga untuk tidak berbagi peralatan seperti pisau cukur atau sikat gigi.
Advertisement