Studi: Kasus Pertama COVID-19 Kemungkinan Sudah Ada pada Awal Oktober 2019

Sebuah studi mengungkapkan kemungkinan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sudah ada pada awal Oktober 2019.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Jun 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2021, 07:00 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta COVID-19 yang kini telah menginfeksi nyaris 180 juta penduduk dunia kemungkinan muncul pada awal Oktober 2019 di Provinsi Hubei, China. Ini berarti sekitar dua bulan sebelum kasus pertama terungkap di Wuhan.

Peneliti mengungkapan bahwa kasus tersebut sulit untuk dideteksi dan penyakit tersebut sudah ada di masyarakat sebelum bisa teridentifikasi. Hal ini diungkapkan peneliti dalam sebuah makalah yang terbit paa jurnal PLOS Pathogens.

"Kemungkinan besar bahwa SARS-CoV-2 sudah beredar di Provinsi Hubei dalam tingkat rendah di November 2019 dan kemungkinan awal Oktober 2019, tapi tidak lebih awal dari itu," kata peneliti mengutip South China Morning Post.

Pemerintah China secara resmi mengakan kasus COVID-19 ditemukan pada Desember 2019 dan ini terkait dengan pasar seafood Huanan, Wuhan.

Meski begitu, pada beberapa kasus tidak ditemukan hubungan dengan kasus di Huanan. Hal ini menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 sudah beredar di masyarakat sebelum ada di pasar tersebut seperti mengutip Channel News Asia, Sabtu (26/6/2021).

Dalam studi gabunganan China dan World Health Organization yang berakhir pada Maret 2021 disebutkan bahwa ada kemungkian telah terjadi infeksi pada manusia secara sporadis sebelum terjadi pandemi di Wuhan.

 

Kata Pakar Lain

4
Staf medis China bereaksi ketika tim WHO pergi usai kunjungan mereka ke Rumah Sakit Provinsi Hubei di Wuhan, provinsi Hubei, China tengah untuk mulai mencari petunjuk tentang asal-usul pandemi virus corona COVID-19 pada Jumat, 29 Januari 2021 (AP / Ng Han Guan).

Dalam sebuah makalah pracetak yang dirilis minggu ini, Jessie Bloom dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Amerika Serikat mengecek kembali data pengurutan yang dihapus dari kasus awal COVID-19 di China.

Terkaith itu, penghapusan data tersebut adalah bukti lebih lanjut bahwa ada kemungkinan China berusaha menutupi asal-usul virus Corona.

"Mengapa para ilmuwan meminta basis data internasional untuk menghapus data penting yang memberi tahu kita tentang bagaimana COVID-19 dimulai di Wuhan?" kata Alina Chan, seorang peneliti di Harvard's Broad Institute di akun Twitter miliknya.

Professor Kirby Institute, Stuart Turville, menyatakan bahwa sampel-sampel serum masih perlu diuji untuk memperkuat argumen soal asal-usul virus Corona. Kirby Institute adalah sebuah organisasi penelitian medis asal Australia yang menanggapi studi University of Kent.

"Sayang, dengan tekanan saat ini terhadap hipotesis kebocoran laboratorium saat dan kepekaan dalam melakukan penelitian lanjutan ini di China, mungkin perlu waktu sampai kita melihat laporan seperti itu," katanya.

 

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya