Liputan6.com, Beijing - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus yang dapat menjadi penyebab COVID-19 bisa mulai menyebar di China pada awal Oktober 2019--dua bulan sebelum kasus pertama diidentifikasi di pusat Kota Wuhan.
Dikutip dari CNA, Jumat (26/5/2021), para peneliti dari Universitas Kent Inggris menggunakan metode dari ilmu konservasi untuk memperkirakan bahwa SARS-CoV-2 pertama kali muncul dari awal Oktober hingga pertengahan November 2019--menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens.
Baca Juga
Mereka memperkirakan tanggal kemunculan virus tersebut paling mungkin terjadi pada 17 November 2019 dan dapat menyebar secara global pada Januari 2020.
Advertisement
Kasus COVID-19 resmi pertama di China terjadi pada Desember 2019 dan dikaitkan dengan pasar makanan laut Huanan di Wuhan.
Akan tetapi, beberapa kasus awal tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan Huanan-- yang berarti SARS-CoV-2 sudah beredar sebelum mencapai pasar tersebut.
Kritikus Menduga China Menutupi Asal-Usul COVID-19
Sebuah studi bersama yang diterbitkan pada China dan WHO pada akhir Maret mengakui mungkin ada infeksi sporadis pada manusia sebelum wabah di Wuhan.
Dalam sebuah makalah yang diliris minggu ini sebagai pracetak, Jessie Bloom dari Pusat penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, AS, mengambil kembali data pengurutan yang dihapus dari kasus awal COVID-19 di China.
Kritikus juga mengatakan penghapusan data tersebut adalah bukti lebih lanjut bahwa China berusaha menutupi asal-usul COVID-19.
"Mengapa para ilmuwan meminta basis data internasional untuk menghapus data penting yang memberi tahu kita tentang bagaimana COVID-19 dimulai di Wuhan?" kata Alina Chan, seorang peneliti di Harvard's Broad Institute di akun Twitter-nya. "Itulah pertanyaan yang bisa kamu jawab sendiri."
Sampel serum masih perlu diuji untuk membuat kasus yang lebih kuat tentang asal-usul COVID-19, menurut Stuart Turville, profesor di Kirby Institute--sebuah organisasi penelitian medis asal Australia yang menanggapi studi University of Kent.
"Sayangnya dengan tekanan hipotesis kebocoran laboratorium saat ini dan kepekaan dalam melakukan penelitian lanjutan ini di China, mungkin perlu waktu sampai kita melihat laporan seperti itu," katanya.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement