Studi Inggris: Kasus COVID-19 Pertama di China Mungkin Terjadi Oktober 2019

Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan kasus pertama COVID-19 di China mungkin terjadi pada Oktober 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2021, 17:42 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Test COVID-19
Ilustrasi Test COVID-19 (Photo by Waldemar Brandt on Unsplash)

Liputan6.com, Beijing - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus yang dapat menjadi penyebab COVID-19 bisa mulai menyebar di China pada awal Oktober 2019--dua bulan sebelum kasus pertama diidentifikasi di pusat Kota Wuhan.

Dikutip dari CNA, Jumat (26/5/2021), para peneliti dari Universitas Kent Inggris menggunakan metode dari ilmu konservasi untuk memperkirakan bahwa SARS-CoV-2 pertama kali muncul dari awal Oktober hingga pertengahan November 2019--menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens.

Mereka memperkirakan tanggal kemunculan virus tersebut paling mungkin terjadi pada 17 November 2019 dan dapat menyebar secara global pada Januari 2020.

Kasus COVID-19 resmi pertama di China terjadi pada Desember 2019 dan dikaitkan dengan pasar makanan laut Huanan di Wuhan.

Akan tetapi, beberapa kasus awal tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan Huanan-- yang berarti SARS-CoV-2 sudah beredar sebelum mencapai pasar tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kritikus Menduga China Menutupi Asal-Usul COVID-19

Teori Seputar Pandemi Covid-19
Ilustrasi Konspirasi Penemuan Vaksin Covid-19 Credit: pexels.com/Polina

Sebuah studi bersama yang diterbitkan pada China dan WHO pada akhir Maret mengakui mungkin ada infeksi sporadis pada manusia sebelum wabah di Wuhan.

Dalam sebuah makalah yang diliris minggu ini sebagai pracetak, Jessie Bloom dari Pusat penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, AS, mengambil kembali data pengurutan yang dihapus dari kasus awal COVID-19 di China.

Kritikus juga mengatakan penghapusan data tersebut adalah bukti lebih lanjut bahwa China berusaha menutupi asal-usul COVID-19.

"Mengapa para ilmuwan meminta basis data internasional untuk menghapus data penting yang memberi tahu kita tentang bagaimana COVID-19 dimulai di Wuhan?" kata Alina Chan, seorang peneliti di Harvard's Broad Institute di akun Twitter-nya. "Itulah pertanyaan yang bisa kamu jawab sendiri."

Sampel serum masih perlu diuji untuk membuat kasus yang lebih kuat tentang asal-usul COVID-19, menurut Stuart Turville, profesor di Kirby Institute--sebuah organisasi penelitian medis asal Australia yang menanggapi studi University of Kent.

"Sayangnya dengan tekanan hipotesis kebocoran laboratorium saat ini dan kepekaan dalam melakukan penelitian lanjutan ini di China, mungkin perlu waktu sampai kita melihat laporan seperti itu," katanya.

 

Reporter: Paquita Gadin


Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya