Pedoman untuk Orangtua Ketika Anak Kena COVID-19 dan Harus Isolasi Mandiri

Ini yang bisa orangtua lakukan saat anak kena COVID-19 dan isolasi mandiri di rumah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Jul 2021, 13:17 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2021, 12:00 WIB
Kasus Positif Covid-19 di Zona Merah Cilangkap Bertambah Jadi 104 Warga
Seorang anak berada di balik pagar saat menjalani isolasi mandiri di permukiman warga RT 003 RW 003, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta, Selasa (25/5/2021). Jumlah warga yang tepapar Covid-19 di wilayah ini bertambah menjadi 104 orang. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerja sama dengan dokter spesialis kesehatan anak, Nina Dwi Putri, di dalam pedoman Isolasi Mandiri pada Anak menyarankan orangtua tidak panik saat anak terkonfirmasi COVID-19.

Selain harus tetap tenang, penanganan COVID-19 pada anak juga tetap membutuhkan dukungan dari orangtua. Jika anak terinfeksi dan harus melakukan isolasi mandiri di rumah, orangtua dapat melakukan beberapa hal sebagaimana yang tercantum di dalam pedoman tersebut:

- Tenangkan anak, jelaskan kenapa anak harus isolasi: agar menjaga orang lain tetap sehat.

- Orangtua boleh mengasuh anak, tapi bila orangtua negatif: usahakan hindari paparan air liur dan cairan tubuh lain: hindari mencium.

- Jika anak sudah mandiri, carikan aktivitas yang dapat dikerjakan sendiri.

- Jika di rumah terdapat balkon atau teras, lakukan aktivitas di luar ruangan untuk mengganti suasana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Yang Sebaiknya Merawat Anak

Setelah mengetahui cara menenangkan anak, lantas siapa yang sebaiknya merawat anak?

Pedoman Isolasi Mandiri Pada Anak menjelaskan, orang -orang yang sebaiknya merawat anak ketika isolasi mandiri di rumah adalah:

- Orangtua atau pengasuh yang berisiko rendah untuk bergejala berat COVID-19. Sedang, yang berisiko tinggi seperti lansia atau orang dengan komorbid sebaiknya tidak.

- Jika orangtua positif tapi anak negatif, mungkin anak masih dalam masa inkubasi. Hindari menitipkan anak kepada pengasuh dengan risiko tinggi.

- Orangtua atau pengasuh yang negatif tapi mengasuh anak harus melakukan isolasi atau karantina setelah anak selesai isolasi.

- Jika memungkinkan, cukup satu orangtua atau pengasuh saja yang mengasuh anak.


Tanda Bahaya butuh Perhatian Khusus

Jika orangtua atau pengasuh yang akan merawat anak selama isoman sudah ditetapkan, maka mereka harus mengetahui tanda bahaya butuh perhatian khusus yang ditandai dengan:

- Anak banyak tidur atau kesadaran menurun.

- Tanda dehidrasi.

- Napas cepat

- Kejang

- Cekungan di dada, hidung kembang kempis.

- Demam terus-menerus disertai mata merah, ruam, dan leher bengkak.

- Saturasi oksigen kurang dari 95 persen.

- Anak dengan penyakit penyerta atau penyakit kronik.

- Muntah mencret dan tidak masuk asupan.

Jika anak memperlihatkan tanda-tanda di atas maka "segera ke dokter atau fasilitas kesehatan yang menangani COVID-19," tulis Nina dalam pedoman tersebut, dikutip Kamis (1/7/2021).

 


Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19

Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya