Bio Saliva, Alat Tes COVID-19 dengan Metoda Kumur Hasil Kolaborasi Biofarma dan Nusantics

Metoda kumur digunakan saat pengujian alat tes COVID-19 Bio Saliva

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 05 Jul 2021, 08:24 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2021, 08:24 WIB
Bio Saliva, COVID-19, Metoda Kumur
Alat mengecek keberadaan virus Corona penyebab COVID-19 dengan metoda kumur (gargling), Bio Saliva.

Liputan6.com, Jakarta - PT Biofarma dan perusahaan rintisan bioteknologi, Nusantics, meluncurkan alat uji guna mendeteksi Virus Corona penyebab COVID-19 dengan metoda kumur (gargling), Bio Saliva

Metoda kumur disebut jauh lebih nyaman untuk mendeteksi keberadaan virus Corona atau SARS-CoV-2 dalam tubuh pasien dengan atau tanpa gejala.

Di dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 5 Juli 2021, dijelaskan bahwa pengembangan Bio Saliva melibatkan 400 lebih sampel dari pasien positif COVID-19, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap, serta riset validasi selama tujuh bulan.

Uji validasi telah selesai dilakukan bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip), Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi (RSDK), dan telah memeroleh izin edar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada 1 April 2021 dengan Nomor Kemenkes RI AKD 10302120673.

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik juga telah menggelar seminar nasional yang membedah keunggulan dan kekurangan produk metoda kumur Bio Saliva pada awal Mei 2021, dan dihadiri secara daring (online) ribuan dokter dan tenaga kesehatan.

Nusantics dan Biofarma telah melakukan berbagai pengembangan berdasarkan masukan berbagai pihak terutama dari kalangan dokter spesialis dan tenaga kesehatan.

Sampel yang digunakan dalam proses pengembangan Bio Saliva, seluruhnya berasal dari pasien COVID-19 di Indonesia. Sehingga memiliki kesesuaian dengan penduduk di tanah air.

Bio Saliva dapat mendeteksi hingga angka Ct 40 dan memiliki kinerja yang sangat baik untuk Ct value kurang dari 35 dengan sensivitas hingga 93.57 persen. Hal ini tentunya menjadikan Gargle-PCR sebagai alternatif selain standar emas swab test dengan mencari sampel di hidung dan mulut menggunakan PCR kit yang memiliki sensitivitas hingga 95 persen.

Baik Nusantics maupun Biofarma berharap kehadiran Bio Saliva dapat meningkatkan kapasitas pelacakan (tracing) di Indonesia terutama untuk anak-anak dan lanjut usia yang membutuhkan kenyamanan lebih dalam pengambilan sampel.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Deteksi Virus Corona Varian Delta

Di tengah maraknya kemunculan varian Virus Corona dan tingginya angka penyebaran, PT Biofarma menjawab kebutuhan akan alat uji yang nyaman dan akurat.

Penggunaan Bio Saliva, bersama dengan m-BioCov-19 (produk Nusantics lainnya) disebut dapat mendeteksi varian Virus Corona seperti:

- B.117 (Alpha)

- B 1.351 (Beta)

- P.1 (Gamma)

- B 1.617.2 (Delta)

- B 1.617.1 (Kappa)

- B 1.525 (Eta)

- B 1.526 (Iota)

- B 1.466.2 (varian Indonesia)

- B 1.427/29 (Epsilon)

- C.37 (Lambda). 

“Kami sudah mengujinya dengan bioinformatics alignment terhadap puluhan ribu data Whole Genome Sequencing varian-varian tersebut. Kemampuan mBioCoV19 mendeteksi semua varian yang beredar disebabkan pertimbangan atas target genes yang dipakai dalam desain PCR kit sejak tahun lalu," kata CTO Nusantics, Revata Utama. 

"Di mana gene E, M, S, dan N memiliki tingkat mutasi yang tinggi, maka kami memilih target gene helicase (nsp-13) dan RdRp (nsp-12) yang sangat conserved (atau lebih tahan terhadap mutasi) dan sensitif,” dia menambahkan.

 


Peluncuran Terbatas untuk Penyempurnaan

Direktur Utama Biofarma, Honesti Basyir, menambahkan, ini merupakan kali pertama Indonesia membangun industri diagnostik. Meski Indonesia tertinggal dua hingga tiga dekade ketimbang negara maju, tapi Biofarma telah berhasil mencatat prestasi penting selama masa pandemi COVID-19.

"Pastinya masih diperlukan beberapa penambahan sehingga alat uji Bio Saliva ini akan semakin sempurna, maka harus kita dorong percepatan penyempurnaan produk. Masukan dari berbagai pihak ditahap limited release ini sangat membantu. Kita tidak boleh tertinggal,” katanya.

Biofarma saat ini tengah melakukan uji post market Bio Saliva di tiga laboratorium, sejalan dengan limited release yang ditunjuk Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan & PKRT:

1.     Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2.     Lab Biomedik Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

3.     Lab Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Honesti juga menekankan bahwa dukungan selama sebulan ke depan dari berbagai pihak sangat penting untuk penyempurnaan produk yang diharapkan berguna untuk meningkatkan kapasitas pelacakan nasional.

Untuk memermudah akses masyarakat kepada metoda tes yang nyaman ini, mulai 3 Juli 2021, pengecekan dengan menggunakan Bio Saliva dapat dilakukan di laboratorium GSI Kuningan dan Cilandak (limited releases). Akses kepada metoda tes ini selanjutnya akan diperluas ke lebih banyak laboratorium klinis di seluruh Indonesia yang merupakan mitra dari PT Biofarma


Infografis Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi Covid-19

Infografis Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Boleh dan Tidak Boleh Sebelum - Setelah Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya