Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tenaga kesehatan berisiko terpapar hepatitis B. Hepatitis B atau infeksi hati adalah infeksi virus hepatitis B (VHB) pada hati.
Virus hepatitis B dapat menimbulkan peradangan dan memicu timbulnya berbagai gejala penyakit lain. Infeksi pun dapat bersifat akut maupun kronik. Hepatitis B dikatakan akut bila penyakit berlangsung dalam periode yang singkat.
Advertisement
Hepatitis B tipe kronis, penyakit berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Seseorang dengan tipe kronis ini mungkin akan menjadi pembawa virus seumur hidupnya, serta berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi berupa sirosis atau kanker hati.
"Saya juga baru tahu, tenaga kesehatan memiliki risiko terpapar hepatitis B. Jadi, kami akan memastikan bahwa semua tenaga kesehatan diberikan perlindungan dan juga selalu diawasi dengan ketat agar (hepatitis) dapat dideteksi lebih dini lagi," kata Budi Gunadi saat membuka Webinar Hari Hepatitis Sedunia Tahun 2021 pada Rabu, 28 Juli 2021.
Dalam jurnal berjudul Profil Imunitas Terhadap Virus Hepatitis B pada Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang, risiko tenaga kesehatan tertular virus hepatitis B adalah 10 kali lebih tinggi dibanding populasi umum.
Studi yang dipublikasikan pada Jurnal Kedokteran Diponegoro, 4 Oktober 2019 di atas, penularan hepatitis B terbanyak pada tenaga kesehatan terjadi melalui cedera akibat tertusuk jarum suntik atau benda medis tajam lainnya yang telah terkontaminasi darah pasien yang terinfeksi virus hepatitis B.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kemenkes Pantau Ketat Vaksinasi Lain Selain COVID-19
Budi Gunadi Sadikin mengakui, Kemenkes sedang disibukkan dengan vaksinasi COVID-19. Hal ini juga mengakibatkan kurang atau menurunnya pemantauan vaksinasi yang lain.
"Tapi saya ingin memastikan bahwa kita tidak boleh mengabaikan, karena yang kita lakukan akan sangat menentukan 10-15 tahun ke depan," katanya.
"Selain vaksinasi COVID-19, mulai bulan Agustus ini ke depan, kami juga akan memonitor secara ketat vaksinasi-vaksinasi lainnya, termasuk juga vaksinasi atau imunisasi hepatitis yang akan dilakukan pada bayi.
Dalam upaya pengendalian hepatitis, perlu upaya pengendalian dari sisi hulu, yakni masyarakat. Promotif dan pencegahan serta pendeteksian lebih cepat.
"Kita juga perlu memastikan bahwa tindakan promotif dan preventif dilakukan. Salah satunya dalam bentuk deteksi dini, baik terhadap ibu yang hamil maupun populasi yang berisiko terkena hepatitis B atau hepatitis C ini," lanjut Menkes Budi Gunadi.
 "Saya merasa bahwa penyakit menular, apakah itu hepatitis, HIV maupun COVID-19, memang pengendalian di sisi hulunya akan sangat menentukan terhadap geraknya tekanan di hilir atau di rumah sakit. Dan upaya di hulu juga akan sangat menentukan terhadap kehidupan masyarakat ke depannya."
Advertisement
Eliminasi Hepatitis B dan C Tahun 2030
Demi menuju penanganan pelayanan kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengajak seluruh pihak bekerja sama. Terlebih lagi menuju target eliminasi HIV, sifilis, dan hepatitis B juga C di Indonesia.
"Saya berharap bahwa komitmen kita semua, bukan hanya Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan triple eliminasi. Saya diupdate eliminasi HIV, sifilis dan hepatitis b juga C," harapnya.
"Untuk mewujudkan eliminasi hepatitis B dan C pada tahun 2030. Komitmen bersama agar kita laksanakan dan capai dengan sebaik-baiknya."
Di sisi lain, Menkes Budi Gunadi juga menyampaikan target eliminasi malaria pada tahun 2030.
"Jadi, saya rasa banyak tugas yang harus kita lakukan. Kita lihat negara-negara lain sudah bisa melakukan ini. Mudah-mudahan sambil menghadapi COVID-19, kita membangun infrastruktur sistem kesehatan yang lebih baik," tutupnya.
"Sehingga kita benar-benar bisa juga melakukan eliminasi terhadap penyakit-penyakit, seperti malaria hepatitis, sifilis, dan HIV."
Infografis Jangan Lengah Protokol Kesehatan Covid-19
Advertisement