Survei Kesehatan Mental: 40 Persen Partisipan Berpikir untuk Bunuh Diri

Peneliti pascadoktoral University of Macau, Andrian Liem menyampaikan hasil survei terkait kesehatan mental dan stigma atau pandangan negatif terhadap bunuh diri.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Agu 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi bunuh diri Foto oleh Guilman dari Pexels
Ilustrasi bunuh diri Foto oleh Guilman dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Peneliti pascadoktoral University of Macau, Andrian Liem menyampaikan hasil survei terkait kesehatan mental dan stigma atau pandangan negatif terhadap bunuh diri.

Survei yang melibatkan Change.org dan komunitas Into The Light menunjukkan bahwa stigma negatif pada bunuh diri masih sangat kuat. Hal ini tercermin dari tidak ada partisipan yang menjawab seluruh pertanyaan tentang fakta dan mitos bunuh diri dengan benar.

“Misalnya, partisipan menganggap bahwa menanyakan keinginan bunuh diri kepada seseorang akan memicu keinginan bunuh diri sebagai fakta. Padahal ini adalah mitos, justru menanyakan hal tersebut dapat membantu mencegah keinginan orang untuk bunuh diri,” kata Andrian mengutip keterangan pers, Sabtu (14/8/2021).

Selain itu, ada hasil survei yang cukup mengkhawatirkan, lanjut Andrian. Sekitar 98 persen partisipan merasa kesepian dalam sebulan terakhir. Bahkan, 40 persen memiliki pemikiran melukai diri sendiri maupun berpikir untuk bunuh diri dalam dua minggu terakhir.

Hasil Lainnya

Survei juga menunjukkan, lebih banyak partisipan meyakini anggota keluarga dan teman dekat berjenis kelamin sama sebagai sosok yang lebih membantu dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa. Dibandingkan dengan tenaga kesehatan jiwa profesional.

“Keyakinan ini menunjukkan partisipan membutuhkan dukungan sosial. Tetapi perlu diingat bahwa tenaga kesehatan jiwa profesional lebih memiliki keahlian dalam menangani kesehatan mental dan dapat menjaga rahasia klien yang berkonsultasi,” jelas Andrian menanggapi hasil survei tersebut.

Akses Layanan Kesehatan Mental

Survei juga menemukan bahwa hampir 70 persen dari total partisipan mengaku tidak pernah mengakses layanan kesehatan mental dalam tiga tahun terakhir. Alasan yang dominan adalah biaya layanan kesehatan mental dianggap tidak terjangkau.

Walau biaya konsultasi untuk kesehatan jiwa bagi pemilik kartu BPJS gratis, hasil survei mengungkap 7 dari 10 partisipan tidak tahu tentang informasi ini.

Hasil temuan lain adalah hampir 70 persen partisipan yang pernah mengakses layanan kesehatan mental berkonsultasi secara daring.

Walau tidak banyak yang mengakses layanan kesehatan jiwa, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, psikiatri yang aktif melayani pasien di Siloam Hospitals Bogor mengaku beberapa rumah sakit justru kewalahan untuk melayani pasien.

“Jumlah psikolog dan psikiater perlu terus ditambah untuk memenuhi kebutuhan di sini. Selain itu pemerataan kualitas juga diperlukan, karena bisa saja kualitas layanan berkurang karena beban pekerjaan yang terlalu besar. Perlu ada sistem yang menjaga di sini,” kata Jiemi.

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Infografis Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya