Cerita Yana dan Lia Jadi Wasit Bulu Tangkis di Olimpiade Tokyo 2020

Dalam gelaran Olimpiade Tokyo 2020 Indonesia banyak mengukir prestasi. Bukan hanya dari para atlet yang membawa pulang medali tapi juga dari wasit yang bertugas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Agu 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2021, 09:00 WIB
Wasit Bulutangkis Olimpiade Tokyo
Wahyana (53) wasit dalam final tunggal putri cabang olahraga bulutangkis Olimpiade Tokyo

Liputan6.com, Jakarta - Dalam gelaran Olimpiade Tokyo 2020 Indonesia banyak mengukir prestasi. Bukan hanya dari para atlet yang membawa pulang medali tapi juga dari wasit yang bertugas.

Ada dua wasit olimpiade yang menarik perhatian warganet karena berasal dari Indonesia. Kedua wasit tersebut yakni Wahyana dan Qomarul Lailiah.

Wahyana atau akrab disapa Yana adalah seorang guru olahraga di SMP Negeri 4 Patu Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Awalnya ia adalah seorang pemain kemudian mengawali karier sebagai seorang hakim garis.

Kariernya pun meningkat menjadi wasit hingga ke ajang internasional. Pada 2012, Yana berhasil mendapatkan lisensi dari Badminton World Federation (BWF).

Menurut Yana, perjalanan untuk menjadi wasit di olimpiade tidaklah instan. Butuh waktu panjang untuk mendapatkan posisi tersebut.

“Untuk yang terpilih ke olimpiade, sebelumnya sudah persiapan sejak 2019. Salah satu syarat menjadi wasit olimpiade adalah memiliki lisensi tertinggi dunia dari BWF. Jadi kalau belum dapat lisensi itu, belum boleh ke olimpiade,” katanya dalam LiveStreaming Liputan6.com Mengharumkan Bangsa di Kancah Dunia, Selasa (17/8/2021).

Tidak Mudah

Kisah Qomarul Lailah, Guru Bahasa Inggris yang Jadi Wasit Olimpiade Tokyo 2020
Selain Wahyana, Qomarul Lailiah juga menjadi wasit Olimpiade Tokyo 2020. Simak kisahnya. (doc.Qomarul Lailiah).

Senada dengan Yana, Qomarul mengatakan bahwa wasit yang memimpin di olimpiade harus memiliki sertifikat level BWF.

Sedang, kualifikasi lainnya akan dipertimbangkan oleh tim penilai. Setelah dinilai, tim BWF akan mengirimkan surat penunjukkan ke masing-masing wasit, kata wanita yang akrab disapa Lia.

“Menjadi wasit atau juri di olimpiade saya yakin menjadi impian semua juri wasit, baik di cabang olahraga badminton maupun cabang olahraga lain. Karena olimpiade adalah kejuaraan olahraga tertinggi di dunia,” katanya.

Jadi, untuk mendapatkan posisi wasit olimpiade itu pasti sulit, tambah guru sekolah dasar itu.

“Sulit tapi bukan tidak mungkin, kan sudah dibuktikan oleh kami.”

Butuh Pengalaman

Selain lisensi BWF, pengalaman juga menjadi pertimbangan tersendiri, kata Yana. Bahkan, ia telah menjadi wasit selama 21 tahun dan telah menjadi wasit di berbagai gelaran olahraga besar.

“Saya jadi wasit sudah 21 tahun dan memiliki pengalaman memimpin pertandingan di kejuaraan-kejuaraan besar termasuk saat final,” kata Yana.

Maka dari itu, lanjutnya, hal yang membuat tegang bukan saat memimpin pertandingan, tapi saat Indonesia dimasukkan dalam grup 1 COVID-19.

Awalnya, Indonesia diwajibkan melakukan tes usap 4 kali sebelum mendarat di Tokyo. Namun, ketentuannya berubah jadi harus 7 kali tes usap dan semuanya harus negatif.

“Itu yang bikin senam jantung.”

Pesan untuk Calon Wasit

Yana juga menyampaikan pesan untuk wasit atau generasi muda yang ingin menjadi wasit di olimpiade.

“Kita harus siap menjadi relawan, jangan mencari uang di bulu tangkis. Kemudian, giat belajar tentang peraturan permainan bulu tangkis, selalu berlatih jadi wasit baik di acara tingkat rendah hingga tingkat tinggi.”

Pesan selanjutnya adalah, harus mengikuti tahapan ujian sesuai aturan, kuasai bahasa inggris, tanamkan jiwa sportif, dan harus selalu rendah hati, tutupnya.

 

Infografis Para Atlet Indonesia Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020

Infografis Para Atlet Indonesia Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Para Atlet Indonesia Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya