Gangguan Berkemih Banyak Terjadi di Asia, Apa Penyebabnya?

Gangguan berkemih atau dikenal dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan proses berkemih akibat masalah pada saluran kemih bawah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Agu 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi gangguan berkemih
Ilustrasi gangguan berkemih Foto oleh Hafidz Alifuddin dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Gangguan berkemih atau dikenal dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan proses berkemih akibat masalah pada saluran kemih bawah.

Saluran kemih bawah mencakup kandung kemih, prostat, sfingter uretra, dan uretra. Jika gangguan terjadi pada saluran kemih bawah, maka dampaknya dapat sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K) dari Departemen Medik Urologi FKUI-RSCM menjelaskan bahwa LUTS terbagi atas 3 tipe gejala yakni penyimpanan (storage), pengosongan (voiding), dan post-micturition.

Salah satu gejala yang sering dialami masyarakat terkait LUTS adalah mengompol atau inkontinensia. Istilah inkontinensia urin (IU) merujuk pada keluarnya urine secara tidak sadar dari saluran kemih. Inkontinensia merupakan salah satu bentuk gejala LUTS yang berkaitan dengan proses penyimpanan.

Banyak Terjadi di Benua Asia

Berdasarkan data survei 2008, pada masyarakat di seluruh dunia terdapat sekitar 8,2 persen dari total 348 juta penduduk saat itu yang mengalami IU. Benua Asia menjadi penyumbang terbesar.

Dalam studi yang sama, sekitar 18.4 persen dari seluruh populasi tersebut mengalami gangguan berkemih.

Sedang, data dari Indonesia yang diwakili dengan penelitian yang dilakukan Departemen Urologi RSCM-FKUI pada 2014 menunjukkan bahwa sekitar 10.8 persen laki-laki dewasa dan 25 persen laki-laki lanjut usia di atas 60 tahun mengalami beser dan ngompol.

Penyebab LUTS dan Tata Laksananya

Rasyid menambahkan, penyebab LUTS paling umum pada pria antara lain obstruksi (penyumbatan) prostat jinak atau dikenal juga dengan Benign Prostate Hyperplasia (BPH), overactive bladder/detrusor overactivity, dan polyuria nokturnal.

Penyebab lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain batu ureter distal, tumor kandung kemih, striktur uretra, infeksi saluran kemih, benda asing, disfungsi neurogenik kandung kemih, chronic pelvic pain syndrome (CPPS)/prostatitis kronik, dan underactive bladder/detrusor underactivity.

Sedang, tatalaksana konservatif beser dan ngompol pada pria dan lansia secara umum yang dapat dilakukan oleh pasien dengan gangguan berkemih sebelum diagnosis ditegakkan adalah:

-Menggunakan popok dewasa.

-Menjaga berat badan sesuai rekomendasi berdasarkan indeks massa tubuh yang ideal.

-Menghindari atau mengurangi konsumsi kafein dan alkohol.

-Menjaga pola konsumsi cairan secukupnya.

-Tindakan pijat uretra, dilakukan untuk mengurangi rasa tidak tuntas pasca buang air kecil.

Di sisi lain, terapi farmakologis untuk gangguan pria diberikan terutama untuk gangguan berkemih dengan gejala yang cukup mengganggu.

Untuk gangguan berkemih dengan gejala pengosongan (voiding) yang diakibatkan oleh obstruksi, pemberian obat-obatan yang dapat diberikan antara lain α1-blocker, 5- α reductase inhibitor (5-ARIs), dan phosphodiesterase 5 -inhibitors (PDE5-I).

“Untuk gangguan berkemih dengan gejala penyimpanan (storage) akibat masalah non-obstruksi yakni OAB dapat diberikan anti-muskarinik dan beta-3 agonis 5 6,” katanya mengutip keterangan pers, Jumat (20/8/2021).

Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman

Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya