Ahli Soroti 7 Poin Terkait Angka COVID-19 Turun Tapi Kasus Kematian Masih Tinggi

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan 7 penjelasan terkait kasus COVID-19 yang relatif sudah menurun tetapi angka kematian tetap tinggi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Agu 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2021, 11:00 WIB
Lahan Baru Pemakaman COVID-19 di Tangerang Selatan
Keluarga korban mengantarkan jenazah di lahan baru Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus COVID-19, Jombang, Tangerang Selatan, Banten,Senin (26/7/2021). Pembukaan lahan baru TPU khusus COVID-19 dikarenakan tingginya angka kematian COVID-19 di wilayah tersebut. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu terakhir kasus COVID-19 relatif telah turun, tetapi angka kematian terkait infeksi virus Corona masih tetap tinggi. Mengenai hal tersebut, mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan tujuh poin.

Ketujuh penjelasan tersebut adalah:

-Pertama, Tjandra menyarankan sebaiknya dibuat analisa mendalam dulu tentang kematian dalam 2 aspek, yaitu pola kematian di masyarakat, di mana meninggalnya, apakah sudah ke RS, apakah ada komorbid, apakah dalam konsultasi dengan tenaga kesehatan dan lain-lain.

Serta, dianalisa penyebab kematian (cause of death/COD) di RS sesuai International Classification of Diseases (ICD). "Dengan kedua analisa mendalam ini maka penanganan selanjutnya akan lebih baik, katakanlah sesuai prinsip evidence-based decision making process," kata Tjandra.

-Kedua, angka kematian sekitar 3 persen sekarang ini menandakan bahwa tingginya angka kematian disebabkan karena masih tingginya jumlah kasus di masyarakat.

-Ketiga, kenyataan bahwa masih tingginya angka penularan di masyarakat, ditandai dengan angka kepositifan sekitar 20 persen, 4 kali lebih tinggi dari angka WHO dan hampir 10 kali lebih tinggi dari India.

Selanjutnya

-Keempat, pada pasien yang isolasi mandiri di rumah atau fasilitas isolasi terpusat maka bukan tidak mungkin terjadi perburukan. Bukan hanya karena COVID-19 tapi juga adanya komorbid yang tidak terkontrol baik.

Karena itu, pada mereka yang dirawat/diisolasi di luar rumah sakit maka ada 4 hal yang harus dilakukan. yakni, harus memeriksa gejala, suhu dan saturasi oksigen pagi dan sore. Melakukan pola hidup bersih sehat termasuk makan bergizi, aktifitas fisik dan mengelola stres. Melakukan komunikasi secara teratur dengan petugas kesehatan.

“Serta, konsumsi obat termasuk obat untuk menangani komorbid, vitamin, atau obat tertentu untuk COVID-19. Tentunya harus dalam pengawasan tenaga kesehatan,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (26/8/2021).

Penjelasan Lainnya

-Kelima, bagi pasien yang dirawat di RS, angka kematian dapat terjadi karena keadaan pasien yang sudah berat ketika masuk RS, dan/atau mungkin juga faktor-faktor lain di RS.

-Keenam adalah masih belum tercapainya target tes yang 400 ribu sehari dan telusur yang 15 kontak per kasus positif. Hal ini menyebabkan adanya kasus positif di tengah masyarakat tak tidak terdeteksi.

-Ketujuh, masih tingginya angka kematian dapat dihubungkan dengan masih rendahnya cakupan vaksinasi yang masih sekitar 15 persen.

“Semoga jumlah yang wafat atau angka kematian akibat COVID-19 di negara kita dapat segera ditekan dan ini harus jadi prioritas utama sekarang ini,” pungkasnya.

Infografis Total Vaksin COVID-19 dan Target Herd Immunity

Infografis Total Vaksin Covid-19 dan Target Herd Immunity. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Total Vaksin Covid-19 dan Target Herd Immunity. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya