Vaksinasi COVID-19 untuk Anak 6-11 Tahun, Mengapa Baru Vaksin Sinovac yang Dapat EUA?

Pertanyaan terkait mengapa baru vaksin Sinovac saja yang diperbolehkan untuk anak usia 6-11 tahun kerap muncul.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Nov 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2021, 06:00 WIB
AS Vaksinasi COVID Anak-Anak Usia 5-11 Tahun
Pasien transplantasi ginjal Sophia Silvaamaya (5) disuntik vaksin COVID-19 saat hari pertama vaksinasi untuk anak 5 - 11 tahun di Children's National Hospital di Washington, Rabu(3/11/2021). Ini menjadi langkah perdana vaksinasi Covid-19 bagi anak kecil di Amerika Serikat. (AP Photo /Carolyn Kaster)

Liputan6.com, Jakarta Pada Senin, 1 November 2021 lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memberikan izin penggunaan vaksin Sinovac untuk anak berumur 6-11. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun juga telah mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin pada anak.

Namun, pertanyaan terkait mengapa baru vaksin Sinovac saja yang diperbolehkan pun kerap muncul. Mengingat ragam jenis vaksin yang tersedia sangatlah beragam.

Terkait ini, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Prof. Hindra Irawan Satari menuturkan alasan hal tersebut.

"Kenapa enggak Pfizer? Produsennya belum mendaftar, gimana mau ngeluarin? BPOM-nya menunggu Pfizer, dan Pfizer-nya bawa bukti-bukti paper hasilnya," ujar Hindra dalam webinar ANTARA Ngobrol Bareng dengan tema Daya Lindung dan Keamanan Vaksin Anak Usia 6-11 Tahun pada Kamis, (4/11/21).

"Baru BPOM mengajak komite ahli, benar enggak datanya, bisa dipertanggungjawabkan, baru keluar Emergency Use Authorization (EUA)-nya. Begitu, bukan BPOM memilih Sinovac dulu, baru Pfizer. Engak seperti itu, Sinovac sudah datang dan daftar, baru diproses," tambahnya.  

Hindra pun menuturkan bahwa vaksin Sinovac yang akan diberikan pada anak usia 6-11 tahun tersebut aman. Ia pun meminta orangtua yang masih ragu untuk memahami bahwa vaksinasi ini aman dilakukan.

Mengingat masih banyak orangtua merasa ragu dan khawatir terkait pelaksanaan vaksinasi ini. Hindra mengungkapkan, dari beberapa penelitian memang ada perbedaan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) antara anak dan dewasa dari segi proporsi.

"Dari penelitian memang menunjukkan ada perbedaan KIPI antara anak dan dewasa, tetapi pada perbedaan proporsi. Kalau jenisnya hampir sama. Proporsinya berbeda tapi tidak bermakna. Enggak dianggap dewasa lebih ringan, di anak lebih berat. Enggak," kata Hindra.

"Tolong orangtua-orangtua itu mengikhlaskan anaknya untuk ikhtiar terlindung dari penyakit yang berbahaya ini. Supaya cepat dapat sekolah lagi, bisa bertatap muka lagi. Jadi aman ya," ujarnya.

Lengkapi imunisasi lainnya

Dalam kesempatan yang sama, Hindra menjelaskan bahwa sembari menunggu jadwal vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun, para orangtua bisa terlebih dahulu melakukan hal-hal lainnya untuk menjaga imun. Salah satunya dengan melengkapi imunisasi wajib lainnya.

"Buat meningkatkan kekebalan anak terhadap COVID-19 juga termasuk melindungi dengan imunisasi, lengkapi. Sekarang mau divaksinasinya (boleh) bersamaan atau dibedakan? Sebetulnya kalau dari teori, dapat diberikan secara bersamaan. Gak apa-apa, gak ada bahayanya,"

"Namun itu kan vaksin baru, kalau ada KIPI yang mana nih yang bikin KIPI-nya? Vaksin yang rutin atau vaksin yang COVID-nya? Kalau gitu kan cenderung menyalahkan vaksin COVID kan. Kalau untuk itu jadi kita bedakan, kita kasih antara sekitar empat minggu," ujar Hindra.

Menurut Hindra, jarak yang diberikan pada imunisasi lainnya tersebut berfungsi untuk melihat KIPI yang mungkin saja muncul pada si anak. Sehingga, orangtua pun tidak kebingungan terkait KIPI dari vaksin yang manakah yang bereaksi.

Infografis

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya