Liputan6.com, Jakarta - Suara seperti mengunyah, mengetuk pena, terisak, atau menggaruk yang terdengar berulang kali dapat mengganggu siapa pun. Namun, bagi orang dengan kondisi misofonia, suara-suara ini lebih dari sekadar mengganggu.
Lantas, apa itu misofonia?
Dilansir Medical News Today, Jumat (12/11/2021), misofonia adalah gangguan di mana orang memiliki reaksi negatif yang tidak normal terhadap suara, seperti mengunyah atau bernapas. Ini memang tampak normal bagi orang-orang yang kadang-kadang terganggu oleh beberapa suara sehari-hari.
Advertisement
Baca Juga
Namun bagi penderita misophonia, suara seseorang yang mengunyah atau mengklik pena berulang kali bisa membuat mereka ingin berteriak atau bahkan memukul. Reaksi fisik dan emosional terhadap suara-suara ini dapat menyebabkan perasaan cemas, panik, dan marah.
Gejala utama misofonia adalah reaksi ekstrem, seperti kemarahan atau agresi, terhadap orang yang mengeluarkan suara tertentu. Seorang individu dengan kondisi tersebut meresponsnya, sangat bervariasi, beberapa mungkin bisa menjadi sangat marah.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala Misofonia
Orang dengan misofonia menyadari bahwa reaksi mereka terhadap suara berlebihan, dapat membuat mereka berpikir bahwa mereka kehilangan kendali. Studi telah mengidentifikasi tanggapan berikut sebagai gejala misofonia:
• Kekesalan yang berubah menjadi kemarahan
• Merasakan jijik
• Menjadi agresif secara verbal kepada orang yang membuat kebisingan
• Menjadi agresif secara fisik dengan objek, karena kebisingan
• Mengambil tindakan mengelak di sekitar orang yang membuat suara pemicu
Dengan memikirkan tentang menemukan suara yang memicu misofonia mereka, dapat membuat penderita misofonia merasa stres dan tidak nyaman. Secara umum, orang dengan kondisi tersebut mungkin memiliki lebih banyak gejala kecemasan, depresi, dan neurosis daripada yang lain.
Advertisement
Pemicu Misofonia
Beberapa suara lebih mungkin memicu respons misofonik daripada yang lain. Peneliti di Amsterdam mengidentifikasi hal berikut sebagai pemicu paling umum untuk misofonia:
• Suara orang makan, mempengaruhi 81 persen
• Suara pernapasan atau suara hidung yang keras, mempengaruhi 64,3 persen
• Suara jari atau tangan, mempengaruhi 59,5 persen
Selain itu sekitar 11,9 persen orang dengan kondisi ini memiliki respons marah dan agresif yang sama saat melihat seseorang mengulangi tindakan fisik tertentu, seperti menggoyangkan lutut. Menariknya, manusia membuat sebagian besar suara yang dapat memicu misofonia.
Oleh karena itu, misofonia dapat sedikit mengganggu kehidupan sehari-hari. Cara mengobatinya mungkin melibatkan terapi atau gaya hidup rekomendasi, seperti menggunakan perlindungan suara atau menciptakan zona tanpa kebisingan "noise-free".
Penulis: Vania Dinda Marella
Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19
Advertisement