Perang Ukraina Hampir Sebulan, Kondisi Kesehatan Pasien Penyakit Tidak Menular Mulai Terancam

Perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung hampir satu bulan membawa berbagai dampak buruk terutama pada sistem kesehatan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Mar 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2022, 12:00 WIB
Korban Perang Ukraina Terlihat dalam Gambar dan Air Mata
Relawan Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina membantu seorang perempuan menyeberang jalan di Kharkiv, 16 Maret 2022. Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-21. Berbagai upaya negosiasi menuju kompromi telah dilakukan demi menuju perdamaian di antara kedua belah pihak. (AP Photo/Andrew Marienko)

Liputan6.com, Jakarta Perang Ukraina dan Rusia telah berlangsung hampir satu bulan membawa berbagai dampak buruk terutama pada sistem kesehatan.

Menurut pantauan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) perang yang sudah berlangsung 28 hari sangat membatasi akses ke layanan kesehatan dan memicu kebutuhan mendesak untuk pengobatan cedera trauma dan kondisi kronis.

Infrastruktur kesehatan yang hancur dan rantai pasokan medis yang terputus sekarang menjadi ancaman besar bagi jutaan orang.

Sejauh ini. hampir 7 juta orang mengungsi dan jumlah orang yang melarikan diri ke negara tetangga dengan cepat mendekati 4 juta orang.

Itu berarti 1 dari 4 orang Ukraina yang memiliki penyakit tidak menular terpaksa harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini dapat memperburuk kondisi mereka.

“Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), 1 dari 3 pengungsi menderita kondisi kronis,” mengutip keterangan pers WHO Kamis (24/3/2022).

Simak Video Berikut Ini

Alih Fungsi Rumah Sakit

Selama perang berlangsung, sejumlah rumah sakit telah diubah fungsinya untuk merawat orang yang terluka. Alih fungsi yang mendesak ini kemudian mengorbankan layanan esensial dan perawatan kesehatan primer.

Di sisi lain, sekitar setengah dari apotek Ukraina diperkirakan ditutup. Banyak pula tenaga kesehatan yang mengungsi atau tidak dapat bekerja.

“Hampir 1.000 fasilitas kesehatan berada dekat dengan garis konflik atau berada di wilayah kendali yang berubah. Konsekuensinya – terbatas atau tidak ada akses terhadap obat-obatan, fasilitas dan tenaga kesehatan – membuat pengobatan penyakit kronis hampir berhenti.”

Vaksinasi COVID-19 dan imunisasi rutin juga terhenti. Sebelum invasi, setidaknya 50.000 orang mendapatkan vaksinasi COVID-19 per hari. Namun, antara 24 Februari dan 15 Maret, hanya 175.000 orang yang divaksinasi COVID-19.

Serangan pada Fasilitas Kesehatan Ukraina

Hingga 22 Maret, WHO telah memverifikasi 64 insiden serangan terhadap layanan kesehatan dalam 25 hari (antara 24 Februari dan 21 Maret) yang menyebabkan 15 kematian dan 37 cedera.

“Itu adalah 2-3 serangan per hari. WHO sangat mengutuk serangan ini.”

“Serangan terhadap perawatan kesehatan adalah pelanggaran hukum humaniter internasional, mereka tak hanya menghancurkan infrastruktur penting, lebih buruk lagi, mereka menghancurkan harapan,” kata Dr Jarno Habicht, perwakilan WHO di Ukraina.

 Dengan menghancurkan fasilitas kesehatan, maka pihak Rusia merampas perawatan orang-orang yang sudah rentan antara hidup dan mati. Perawatan kesehatan seharusnya tak boleh menjadi target, tutup Habicht.

Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin

Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya