Liputan6.com, Jakarta Data baru dari Universitas Chiang Mai di Thailand menemukan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif mencegah infeksi COVID-19 akibat Omicron ketika digunakan sebagai booster dosis keempat.
Senior Vice President, Head of Late Development, Vaccines & Immune Therapies AstraZeneca, John Perez, mengatakan data baru ini semakin menambah pemahaman tentang pentingnya dosis booster.
Baca Juga
Menurut dia, booster bermanfaat untuk melindungi dari infeksi COVID-19 karena variannya yang terus berkembang.
Advertisement
“(Penelitian ini) melengkapi data efektivitas AZD1222 (AstraZeneca) dalam mencegah penyakit parah dan kematian. Kita sekarang tahu bahwa AZD1222 dapat membantu mencegah infeksi terkait Omicron ketika diberikan sebagai dosis keempat.”
“Dengan perlindungan yang lebih besar terhadap infeksi dibandingkan dengan setelah pemberian dosis ketiga,” ujar Perez mengutip keterangan pers AstraZeneca Rabu (20/7/2022).
Dalam bukti studi ini, AstraZeneca menunjukkan efektivitas vaksin sebesar 73 persen terhadap varian Omicron yang sangat menular. Persentase tersebut bisa didapatkan ketika tambahan dosis diberikan setelah vaksin primer atau vaksin booster sebelumnya.
Menurut penulis penelitian, temuan ini adalah data pertama yang menilai efektivitas pemberian vaksin COVID-19 empat dosis campuran (heterolog). Temuan ini dipublikasikan di Research Square.
Penulis utama penelitian vaksin ini, Emeritus Professor Suwat Chariyalertsak, MD, Dr.PH, Faculty of Public Health, Chiang Mai University, Thailand, mengatakan, penelitian ini memberikan data yang sangat dibutuhkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Efektivitas Vaksin Heterolog
Menurut Suwat, memberikan perlindungan terus-menerus dengan boosting sangat penting untuk kelompok berisiko.
“Penelitian menunjukkan bahwa dosis keempat vaksin COVID-19 dapat membantu mencegah infeksi karena varian Omicron yang sangat menular. Memberikan perlindungan terus-menerus dengan boosting sangat penting untuk kelompok berisiko seperti lansia dan masyarakat dengan penyakit kronik,” kata Suwat.
Data juga menunjukkan, efektivitas dari pemberian vaksin yang heterolog atau 'mix and match', dapat membantu upaya berkelanjutan untuk meningkatkan cakupan populasi terhadap dosis booster.
Di semua kelompok umur yang diteliti, tiga dosis vaksin heterolog memberikan 98 persen perlindungan terhadap infeksi parah atau kematian terkait COVID-19.
Setelah booster dosis keempat, penulis mengamati hanya ada satu kematian, pada orang dengan komorbid. Ini menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi. Analisis kumpulan data ini sedang berlangsung dan akan dilaporkan di kemudian hari.
Studi ini memberikan laporan efektivitas dari vaksin AstraZeneca, CoronaVac, dan mRNA menggunakan cara surveilan aktif yang memungkinkan perbandingan profil pasien yang sama di kedua periode dominasi, yakni periode Delta dan periode Omicron.
Advertisement
3 Miliar Dosis Telah Dirilis
Hingga saat ini, lebih dari 3 miliar dosis AstraZeneca telah dirilis. Berdasarkan hasil pencatatan diperkirakan telah membantu menyelamatkan lebih dari 6 juta nyawa antara 08 Desember 2020 dan 08 Desember 2021.
Penelitian ini merupakan analisis data kasus-terkontrol tes-negatif untuk provinsi Chiang Mai, Thailand Utara, dari database Pusat Imunisasi Kesehatan Masyarakat (MOPH IC), yang dirancang untuk memperkirakan efikasi vaksin terhadap infeksi SARS-CoV-2 (COVID-19) dari berbagai jadwal vaksinasi heterolog (campuran).
Studi ini menganalisis data untuk periode pre-dominan Delta di Thailand (1 Oktober hingga 31 Desember 2021), dan periode pre-dominan Omicron (1 Februari hingga 10 April 2022). Dan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian vaksin COVID-19 tiga dosis heterolog selama periode Delta, dan jadwal heterolog tiga dan empat dosis selama periode Omicron.
Analisis untuk periode Delta mencakup data 27.301 orang (2.130 tes-positif dan 25.171 tes-negatif), dan untuk periode Omicron sebanyak 36.170 orang (14.682 tes-positif dan 214.881 tes-negatif.)
Evaluasi awal dari sistem manajemen pasien rumah sakit yang terpisah memberikan analisis deskriptif tentang dampak booster dosis ketiga dan keempat terhadap COVID-19 dan kematian yang parah.
Terkait Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca ditemukan oleh Universitas Oxford. Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang kekurangan replikasi berdasarkan versi virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan.
Ini menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik protein spike virus SARS-CoV-2. Setelah vaksinasi, protein spike diproduksi dan memicu sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika menginfeksi tubuh.
AZ adalah vaksin 'vektor virus', yang berarti versi virus yang tidak dapat menyebabkan penyakit digunakan sebagai bagian dari vaksin. Ini membuat tubuh mengetahui cara melawannya jika terkena virus yang sebenarnya di kemudian hari.
Teknologi vaksin ini telah digunakan oleh para ilmuwan selama 40 tahun terakhir untuk memerangi penyakit menular lainnya seperti flu, Zika, Ebola dan HIV.
Menurut studi klinis dan bukti dari puluhan juta orang di seluruh dunia, AZ memiliki profil keamanan yang dapat diterima. Berdasarkan jutaan orang yang divaksinasi dengan AZ, reaksi yang sangat umum dilaporkan adalah: sakit kepala, mual, myalgia, arthralgia, nyeri tekan/nyeri/hangat/pruritus di tempat suntikan, kelelahan, malaise, pyrexia, dan demam.
Sebagian besar tingkat keparahan reaksi ringan sampai sedang dan biasanya sembuh dalam beberapa hari setelah vaksinasi.
Advertisement