Mengobati Sakit Kepala Akibat Stres Bisa dengan Berhenti Sejenak dari Segala Aktivitas

Sakit kepala bisa diakibatkan salah satunya oleh stres. Ahli saraf pun menyarankan untuk berhenti sejenak dari segala aktivitas untuk mengobatinya.

oleh Diviya Agatha diperbarui 22 Jul 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2022, 17:00 WIB
Sakit Kepala Bagian Belakang
Ilustrasi Sakit Kepala Bagian Belakang Credit: pexels.com/Andrea

Liputan6.com, Jakarta - Kesehatan mental punya kaitan erat dengan kesehatan fisik seseorang. Salah satu contoh yang paling umum ditemui adalah ketika stres, Anda mungkin akan berjumpa dengan sakit kepala sebagai ujungnya.

Asisten profesor neurologi klinis di Weill Cornell Medical College, dr Susan Broner mengungkapkan bahwa sakit kepala akibat stres dapat berlangsung selama 30 menit hingga 72 jam.

"Stres, tentu saja, memainkan peran kunci dalam memicu sakit kepala tegang. Mekanisme yang tepat tidak jelas, tapi teori menunjukkan bahwa ketika orang sedang stres, maka perubahan fisiologis terjadi dalam tubuh," ujar Susan mengutip Health, Jumat (22/7/2022).

Hal tersebut lantaran kadar kortisol dalam tubuh mengalami peningkatan saat stres, termasuk respons fight or flight dalam tubuh yang juga akan ikut aktif.

"Itu memicu migrain atau sakit kepala tegang. Selain stres, pemicu lainnya adalah penggunaan alkohol, kafein, penyakit seperti flu, masalah gigi, ketegangan mata, merokok berlebihan, dan kelelahan," kata Susan.

Berkaitan dengan hal tersebut, ahli saraf di New York, dr Ellen Drexler mengungkapkan bahwa dalam hal mengobati sakit kepala akibat stres dapat bergantung pada dua hal, yakni tingkat keparahan atau berapa lamanya sakit kepala tersebut terjadi.

"Biasanya sakit kepala dapat hilang dengan sendirinya hanya dengan berhenti sejenak dari aktivitas apapun yang menyebabkan Anda stres," ujar Ellen.

"Berbaring, meditasi, atau melakukan yoga ringan adalah pilihan yang bagus," Ellen menambahkan.

Tanda Sakit Kepala karena Stres

Beberapa Jenis Sakit Kepala yang Perlu Diketahui
Ilustrasi Sakit Kepala Credit: Freepik

Hingga kini, sakit kepala stres belum menjadi klasifikasi resmi dalam International Classification of Headache Disorders (ICHD-3). Dengan begitu, sakit kepala stres sebenarnya belum dapat dijadikan diagnosis yang sepenuhnya akurat.

Namun untuk sementara, sakit kepala yang menimbulkan sensasi tegang bisa dijadikan deskripsi terbaik tentang apa yang mungkin saja terjadi di tubuh seseorang ketika stres.

"Sakit kepala karena stres lebih tepatnya dikenal sebagai tension-type atau sakit kepala tegang," ujar Ellen.

Sakit kepala dengan tipe tegang ini didefinisikan oleh tidak adanya rasa migrain. Sehingga sakit kepala yang muncul cenderung terjadi pada kedua sisi kepala.

"Rasanya seperti nyeri tertekan, tanpa migrain biasa. Serta dilengkapi oleh mual, sensitivitas pada cahaya dan suara meningkat, dan diperburuk bila Anda menggerakan kepala," kata Ellen.

"Jadi rasanya seperti ada tekanan di depan kepala Anda. Jenis sakit kepala ini bisa dengan tingkat keparahan berbeda, mulai dari ringan hingga sedang," tambahnya.

 

Jenis Sakit Kepala yang Umum

Sakit Kepala
Ilustrasi sakit kepala/credit: pexels.com/andrea

Menurut data US National Library of Medicine's MedlinePlus, sakit kepala akibat tegang ini merupakan jenis sakit kepala paling umum.

Seringkali, tipe sakit kepala ini digambarkan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan pada bagian kepala, kulit kepala, atau leher yang kerap dikaitkan dengan ketegangan otot.

Namun sebenarnya, sakit kepala akibat tegang atau stres tidak menyebabkan rasa sakit yang sebenarnya pada kulit kepala. Namun dapat menyebabkan area tersebut terasa kencang, hampir seperti sedang ditarik.

Juru bicara National Headache Foundation sekaligus direktur obat sakit kepala dan nyeri di Icahn School of Medicine at Mount Sinai, New York, dr Mark W Green pun setuju bahwa jenis sakit kepala ini biasanya akan menyebabkan rasa sakit di dua sisi kepala, bukan hanya satu sisi seperti migrain.

"Sakit kepala tegang biasanya menyebabkan rasa sakit di kedua sisi kepala, terutama dahi, pelipis, bagian belakang kepala, dan terkadang leher dan bahu, dan rasa sakit biasanya terasa seperti tekanan," ujar Mark.

Perlukah Minum Obat Jika Sakit Kepala Stres?

Ilustrasi minum obat (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi minum obat (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Stres menjadi penyebab paling umum dari sakit kepala tegang, meskipun masalah fisik dengan otot atau persendian Anda dapat berkontribusi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mark pun menyarankan untuk mencoba pereda nyeri yang dijual bebas untuk sakit kepala tegang yang sering terjadi. Terutama bila memang dengan beristirahat sejenak tidak membantu atau tidak memungkinkan

Namun perlu untuk tetap membicarakan kondisi tersebut pada dokter bila memang sakit kepala terjadi dengan begitu intens dan cukup lama.

Lebih lanjut Susan menjelaskan bahwa jika rasa sakitnya benar-benar mengganggu, maka sebagian besar sakit kepala akibat stres dapat diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas.

"Tetapi waspadalah pada frekuensi Anda meminum obat. Jika Anda menyadari bahwa Anda telah meminum obat-obatan lebih dari sekali dalam seminggu secara teratur,"

"Itu pertanda bahwa Anda mengalami peningkatan frekuensi sakit kepala dan harus memeriksakannya ke dokter," ujar Susan.

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya