Penyebab Lansia dan Orang dengan Komorbid Belum Jadi Prioritas Vaksin COVID-19 Keempat

Tenaga kesehatan jadi kelompok berisiko tinggi pertama yang boleh mendapatkan vaksin COVID-19 dosis keempat. Lalu, bagaimana dengan lansia dan orang dengan komorbid?

oleh Diviya Agatha diperbarui 20 Des 2022, 18:09 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2022, 13:00 WIB
Vaksinasi Booster Dari Rumah ke Rumah
Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kepada lansia saat vaksinasi booster COVID-19 dari rumah ke rumah di Poris Plawad, Tangerang, Jumat (21/1/2022). Pelaksanaan vaksinasi dari rumah ke rumah untuk memudahkan para lansia mendapatkan vaksin booster COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sempat memprediksi puncak kenaikan kasus akibat subvarian Omicron terbaru BA.4 dan BA.5 terjadi pada minggu kedua dan ketiga Juli 2022.

Meski prediksi tersebut melenceng, hingga kini kasus harian COVID-19 terus meningkat. Bahkan tembus lebih dari enam ribu kasus per 28 Juli 2022.

Akibat kegelisahan lewat naiknya kasus COVID-19 Tanah Air, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI akhirnya meluncurkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/3615/2022 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Booster Ke-2 Bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

SE tersebut menyatakan bahwa para tenaga kesehatan (nakes) yang mana merupakan kelompok berisiko tinggi sudah bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 keempat atau vaksin booster kedua mulai hari ini, Jumat 29 Juli 2022.

Selain nakes, kelompok lainnya yang juga berisiko tinggi adalah lansia dan orang dengan komorbid. Namun, belum ada tanda-tanda kedua kelompok berisiko ini akan mendapatkan lampu hijau untuk vaksinasi COVID-19 dosis keempat.

Menurut Ketua Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ITAGI), Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpAK, hal tersebut lantaran capaian vaksinasi booster pada kelompok lansia dan orang dengan komorbid memang masih rendah.

"Risiko tinggi itu bukan hanya pada nakes. Kepada orang lansia, pada yang komorbid itu semua risiko tinggi. Tetapi kalau kita lihat mereka booster satunya masih rendah sekali. Sayang sekali, itu kita lagi kejar," ujar Sri melalui sambungan telepon pada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (29/7/2022).

Harus Kejar Booster Pertama Dulu

Vaksinasi Booster Dari Rumah ke Rumah
Petugas menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada lansia saat vaksinasi booster COVID-19 dari rumah ke rumah di Poris Plawad, Tangerang, Jumat (21/1/2022). Pelaksanaan vaksinasi dari rumah ke rumah untuk memudahkan para lansia mendapatkan vaksin booster COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sri mengungkapkan bahwa apabila lansia dan orang dengan komorbid ingin mendapatkan booster kedua, maka harus lebih dulu melengkapi booster pertama yang hingga saat ini masih rendah.

"Booster pertamanya dikejar dulu, karena kalau dia masih 25 persen, yang 75 persen itu kan risiko kalau enggak di booster --- Jadi kita mesti sampaikan pada keluarganya bahwa memang harus di booster (pertama) dulu," ujar Sri.

Sebelumnya Sri menjelaskan, pada nakes sendiri, cakupan vaksinasi booster pertama sudah tinggi dan sudah melebihi jangka waktu enam bulan. Sehingga saat ini, nakes dianggap sudah membutuhkan vaksin booster kedua.

"Kalau nakes itu booster-nya sudah tinggi sekali, booster yang pertama itu cakupannya sudah 100 persen malahan. Jadi memang sudah waktunya untuk diberikan booster yang kedua," kata Sri.

"Tapi kalau lansia itu masih rendah. Masyarakat umum juga masih rendah --- Itu yang harus kita kejar dulu karena kalau mereka booster satu saja belum, bagaimana mau kasih booster kedua? Kan enggak bisa juga," tambahnya.

Buntut Kegelisahan Naiknya Kasus

Vaksinasi Dosis Ketiga untuk Tenaga Kesehatan Siloam Hospitals
Petugas medis yang bertugas sebagai vaksinator memvaksin Nakes Siloam Hospitals, Tangerang, Rabu (11/8/2021). Vaksinasi yang digelar sejak Selasa diikuti 500 nakes sebagai garda terdepan penanganan Pandemi Covid-19 untuk memperkuat antibodi atau sebagai booster. (Liputan6.com/HO/Firdi)

Lebih lanjut Sri menuturkan bahwa pemberian vaksin booster kedua bagi nakes memang didasari atas kegelisahan akibat naiknya kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini.

Apalagi nakes merupakan garda terdepan dalam penanganan pandemi. Sehingga penting untuk memperkuat kembali imunitas mereka, yang nantinya juga bertugas mengurus pasien COVID-19.

"Awal Juni kasus masih rendah, malah kematian pernah nol. Jadi pada waktu itu kita nilai memang belum perlu (booster kedua) nakes karena kasus rendah. Tapi makin hari sekarang makin tinggi, bahkan sampai enam ribu per hari. Nah itu yang membuat jadi gelisah," ujar Sri.

Vaksin booster pertama nakes sendiri sudah diberikan sejak Agustus 2021, yang artinya telah melewati jangka waktu enam bulan. Sehingga bila merujuk pada data, antibodi pada nakes kemungkinan sudah menurun.

"Nakes ini kan booster pertamanya awal itu bulan Agustus September tahun lalu. Kalau sampai sekarang memang sudah hampir setahun --- Jadi lewat enam bulan itu pasti menurun," kata Sri.

Booster Kedua untuk Kelompok Berisiko Tinggi

FOTO: Capaian Vaksinasi Booster COVID-19 Jakarta Masih Rendah
Tenaga kesehatan melakukan tes kesehatan warga sebelum disuntik vaksin dosis ketiga (Booster) di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (10/3/2022). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengakui, capaian vaksinasi booster COVID-19 masih sangat rendah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan berbeda, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa pemberian vaksin COVID-19 keempat atau booster kedua ini memang penting, terutama bagi mereka yang masuk dalam kategori kelompok berisiko seperti nakes.

"Vaksin COVID-19 masih ada kelemahan yakni durasi proteksi yang pendek. Pemberian dosis keempat ini penting karena para nakes sudah dapat vaksin dosis ketiga lebih dari empat bulan lalu kan. Apalagi banyak nakes kita yang sudah lansia dan punya komorbid," ujar Dicky melalui keterangan suara pada Health Liputan6.com, Kamis 28 Juli 2022.

Namun menurut Dicky, kelompok berisiko juga tidak berhenti pada nakes. Sehingga lansia dan mereka yang memiliki komorbid juga perlu dijadikan pertimbangan sasaran vaksin COVID-19 dosis keempat.

"Jangan sampai di tengah program vaksinasi korban berjatuhan, karena sekali lagi, BA.5 itu serius sekali dan bisa meningkatkan hunian rumah sakit," kata Dicky.

Infografis Capaian Vaksinasi Booster Tertinggi di 6 Provinsi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Capaian Vaksinasi Booster Tertinggi di 6 Provinsi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya