Posyandu Kini buat Segala Usia, Bisa Cek Hipertensi dan Diabetes

Posyandu bertransformasi untuk segala usia dengan layanan cek hipertensi dan diabetes.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Agu 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2022, 06:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) Plus Dusun Aik Mual, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat pada Sabtu, 25 Juni 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Apabila posyandu selama ini biasa digunakan untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, kini sudah bertransformasi untuk pelayanan kesehatan buat segala usia. Pemeriksaan kesehatan pun ditingkatkan dengan adanya skrining penyakit, seperti hipertensi dan diabetes.

Dalam pertemuan dengan wartawan beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin memaparkan, pelayanan kesehatan posyandu ke depannya distandardisasi dengan pemeriksaan dari usia muda sampai lansia, mulai bayi, anak-anak, dewasa, dan kakek-nenek.

“Posyandu kan tadinya hanya (buat) bayi dan ibu. Padahal, yang di rumah enggak hanya bayi dan ibu, ada anak-anak kecil, dewasa, ibu-bapaknya, kakek-neneknya. Sekarang kita ubah layanan kesehatan di level posyandu sifatnya promotif preventif untuk semua siklus hidup, dari bayi sampai lansia nenek,” jelasnya di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, ditulis Senin (29/8/2022).

“Standar pelayanan juga distandardisasi, ada skrining diabetes, hipertensi, cancer. Ini buat  pencegahan, jangan nanti tahu-tahu udah diabetes terus cuci darah. Kualitas hidup buruk, biaya mahal. Kalau dicek lebih dini, dikasih obat untuk mengontrol darah, biar enggak cuci darah, kan kualitas hidup baik dan ini (standardisasi pelayanan posyandu) nanti akan di grow up (dikembangkan) secara nasional.”

Peningkatan pelayanan kesehatan di posyandu, lanjut Budi Gunadi juga sudah didiskusikan bersama Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian. Peningkatan pelayanan kesehatan di posyandu juga dilatarbelakangi dengan ketidakcukupan jangkauan puskesmas. Jumlah puskesmas hanya tersebar di 7.230 kecamatan di Indonesia. 

“Saya sudah diskusi dengan Pak Tito, yang namanya fasilitas kesehatan harus menyebar, puskesmas tersebar di 8.000-an kecamatan. Nah, kita turun (aktifkan) bikin posyandu di 85.000 tersebar di desa dan kelurahan di kabupaten/kota. Kita turun level lagi di dusun itu 300.000 posyandu,” katanya.

“Jadi, itu kita standardisasi fasilitas kesehatan (posyandu) 300.000. Udah jelas tuh melakukan apa, intervensi layanan apa nantinya.”

Jaga Orang Tetap Sehat

Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Seorang anak menunggu untuk divaksin di Posyandu RW 09, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). Program rutin pemerintah setiap bulan ini digelar lewat posyandu dengan penyuluhan dan perawatan anak agar tumbuh kembangnya sehat. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Adanya standardisasi pelayanan kesehatan primer pada posyandu dan puskesmas termasuk bagian dari transformasi layanan primer yang sedang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Kedua fasilitas kesehatan ini berfokus pada pencegahan (preventif) dan promotif.

Di mata Menkes Budi Gunadi Sadikin, layanan kesehatan primer menjaga masyarakat tetap sehat. Berbeda dibanding dengan layanan rujukan atau kuratif, yang mana seseorang sudah mendapat pengobatan atau masuk rumah sakit. Biaya layanan kesehatan dari sisi kuratif lebih mahal ketimbang preventif.

“Paling dekat di hati saya ya layanan primer. Ini kan menjaga orang tetap sehat. Dari sisi kualitas, contohnya COVID-19, kalau kita mencegah preventif pakai masker, minum vitamin, beli sepatu olahraga kan enggak sampai Rp1 juta,” tuturnya.

“Kalau kita strateginya kuratif, mengobati orang sakit, nunggu dulu sampai kena (terpapar COVID-19), kita enggak pakai masker, ketularan masuk rumah sakit, beli Remdesivir ya udah puluhan juta rupiah. Belum lagi kalau harus masuk ICU, beli Actemra juga puluhan juta rupiah.”

Tak hanya dari segi biaya, kualitas hidup bagi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan primer dapat terjaga. Masyarakat tetap sehat, produktif, dan tidak perlu masuk rumah sakit.

“Dari sisi biaya, preventif jauh lebih murah daripada kuratif. Dari sisi kualitas hidup ya sangat baik, sebagus-bagusnya ruangan VIP di rumah sakit pakai ventilator, memang mau? Itulah sebabnya, kenapa ini (layanan kesehatan primer) penting,” pungkas Budi Gunadi.

“Bagaimana kita memperbaiki layanan preventif - promotif? Nomor satu itu jangkauan kita 270 juta populasi dan 17.000 pulau. Enggak bakal cukup kalau cuma 10.000 puskesmas. Kenapa enggak cukup? Kita belajar kalau di bawah 300.000 puskesmas ya enggak bakal mencapai 17.000 pulau dan 270 juta populasi. “

Adapun standar paket layanan kesehatan primer dalam Transformasi Kesehatan Layanan Primer Kemenkes RI untuk memenuhi kebutuhan tiap klaster siklus hidup secara menyeluruh, antara lain:

  • Paket Layanan Kesehatan Lansia
  • Paket Layanan Kesehatan Usia Produktif
  • Paket Layanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
  • Paket Layanan Kesehatan Bayi dan Balita
  • Paket Layanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

Uji Coba di Ogan Hilir

Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Perawat dibantu kader Posyandu menyuntikan vaksin campak, vaksin pentabio berisi vaksin DPT, Hepatitis B dan Haemophilus Influenzae dan Imunisasi Polio terhadap anak di RW 09, Kelurahan Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Upaya fokus pelayanan kesehatan ke arah pencegahan atau promotif - preventif dilakukan melalui transformasi kesehatan pilar pertama terkait layanan primer. Pelayanan kesehatan yang difokuskan ke arah pencegahan merupakan transformasi kesehatan di pilar pertama, yakni transformasi layanan primer. 

Transformasi ini adanya di puskesmas dan posyandu. Sebagai langkah awal, uji coba standardisasi pelayanan kesehatan primer dilakukan di Puskesmas Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Pelayanan kesehatan juga dilakukan intervensi Posyandu Prima di Desa Tanjung Gelam yang masuk wilayah Puskesmas Indralaya. Di Posyandu Prima di Desa Tanjung Gelam terdapat pelayanan Posyandu Balita, Posyandu Remaja, dan Posyandu Lansia.

Posyandu Balita melayani ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, Balita, dan pra sekolah. Posyandu Remaja mencakup layanan usia sekolah dan remaja, serta usia Produktif. Posyandu Lansia melayani orang lanjut usia.

“Kami sedang melakukan revitalisasi posyandu supaya fokus ke depannya lebih banyak menjaga orang agar tetap sehat bukan mengobati orang yang sakit,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin di sela-sela kunjungan ke Puskesmas dan Posyandu Prima, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (27/7/2022).

Apabila dilihat dari sisi biaya, menjaga orang tetap sehat lebih murah daripada mengobati orang sakit. Tidak hanya itu saja, orang yang kesehatannya dijaga akan memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik.

Lebih lanjut, Budi Gunadi mengatakan, sebenarnya posyandu sudah berdiri lama, tapi sempat tidak tersentuh. Padahal, petugas posyandu adalah kader-kader kesehatan paling depan yang  menjaga kesehatan masyarakat.

“Kami sedang mempersiapkan, bagaimana mereka bisa kita sentuh agar bisa kembali lagi melayani kesehatan masyarakat. Sekarang, posyandu bisa melayani bayi, ibu, anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia,” lanjutnya.

Pilot Project Uji Coba Layanan Primer

Perjuangan Bidan saat Posyandu Keliling di Baduy Luar
Petugas medis Puskesmas Cisimeut Bidan Pite memeriksa tensi darah ibu saat kegiatan Posyandu keliling di Kampung Baduy Luar Gazebo, Kanekes, Banten, Rabu (27/01/2021). Pelayanan kegiatan Posyandu keliling tersebut sudah Bidan Pite jalani selama 6 tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)

Selain Kabupaten Ogan Ilir, uji coba pelayanan kesehatan primer akan dilakukan di 8 kabupaten/kota lainnya, yakni Puskesmas Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Puskesmas Kebonsari, Kota Surabaya, Jawa Timur; Puskesmas Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat; Puskesmas Talaga Bauntung, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan; Puskesmas Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan; Puskesmas Arso III Kabupaten Keerom, Papua; Puskesmas Ohoitahit Kota Tual, Maluku; dan Puskesmas Niki-Niki Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

“Ini (Puskesmas dan Posyandu di Ogan Ilir) salah satu pilot project dari 9 kabupaten/kota yang akan dilakukan uji coba pelayanan kesehatan primer,” ucap Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Saat ini, ada sekitar 12.000-an puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ada sejumlah program yang akan dilakukan, di antaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan seperti revitalisasi posyandu agar menjadi lebih formal.

Dalam rilis resmi Kemenkes, posyandu bisa diatur oleh Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Posyandu akan bertindak secara lebih aktif, bukan hanya melayani bayi dan ibu, melainkan akan melayani seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan lansia.

Sejumlah layanan standar, misalnya 20 layanan dasar promotif - preventif di level Posyandu tingkat dusun atau tingkat RT/RW. Di atas posyandu tingkat dusun ada Posyandu Prima, yang akan dibangun di 85.000 desa/kelurahan. Posyandu Prima mungkin ada 30 - 40 layanan dasar promotif - preventif.

infografis journal
Infografis Gaya Hidup Berdampak pada Diabetes Usia Muda?. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya