Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) Cahyarini Dwiatmo menjelaskan soal kuman.
Menurutnya, kuman terdiri dari bakteri, virus, dan jamur. Ketiga makhluk ini tidak terlihat oleh mata telanjang dan perlu menggunakan alat khusus untuk melihatnya.
Baca Juga
“Kalau saya nyebutnya makhluk halus karena sangat halus dan kecil sekali sehingga tak kasat mata,” ujar dokter yang akrab disapa Rini dalam Signify Thought Leadership Forum di Jakarta, Selasa (25/10/2022).
Advertisement
Rini menambahkan, bentuk kuman bermacam-macam. Bakteri sendiri ada yang bulat ada pula yang spiral dan sebagainya. Virus juga memiliki bentuk yang bermacam-macam dan ukuran yang sangat kecil.
“Kalau sekarang virus yang terkenal itu SARS-Cov2 penyebab COVID-19 yang bentuknya seperti bola dengan tonjolan atau spike di sekeliling tubuhnya.”
Sedangkan jamur, bentuknya tidak seperti jamur yang biasa diolah menjadi hidangan makanan melainkan tak terlihat oleh mata biasa.
Sejatinya, kuman adalah makhluk yang paling primitif. Tempat hidupnya adalah di seluruh tempat yang kita tempati juga. Namun, tidak semua kuman perlu dimusnahkan, karena sebagian kuman adalah penjaga tubuh.
“Tempat tinggal kuman yang paling baik adalah di tubuh kita. Kenapa? Karena tubuh kita hangat. Sama seperti kita, kuman juga butuh kehangatan, butuh air, butuh udara, dan butuh kasih sayang.”
“Andaikan kuman yang termasuk virus, bakteri, dan jamur ini kelihatan dengan mata, maka tidak ada dari kita yang disebut cantik atau ganteng karena dari kepala sampai ke kaki itu ada kumannya dan itu sangat normal.”
Jika Tak Ada Kuman
Adanya kuman di tubuh manusia adalah hal yang normal. Sedangkan, jika tak ada kuman maka manusia akan mudah sakit.
“Kalau enggak ada kuman, kita sakit. Dan kuman yang ada di tubuh kita ini harus dijaga kelestariannya, jangan sampai terbunuh dengan konsumsi antibiotik sembarangan. Karena dengan meminum antibiotik sembarangan maka yang disebut kuman atau flora normal di tubuh kita akan mati sehingga kita mudah sakit.”
Selama ini, kuman dianggap negatif karena dapat menyebabkan penyakit. Beberapa jenis kuman memang bisa membawa penyakit yang merugikan.
Beberapa penyakit yang disebabkan kuman adalah tuberkulosis, influenza, measles (campak), mumps (gondok), varicella (cacar), dan COVID-19.
“Tuberkulosis kita sudah tahu ya, itu sudah endemis di Indonesia. Sekarang Indonesia peringkat kedua di dunia soal kasus tuberkulosisnya.”
“Kenapa demikian? Karena tuberkulosis ini menularnya lewat udara dan kita kurang perhatian untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan lingkungan dan udara kita.”
Advertisement
Penyakit Infeksi Lainnya
Selain tuberkulosis, penyakit yang dapat ditularkan melalui udara yang paling terkenal kedua adalah COVID-19.
“Hampir semua negara kena COVID-19 sampai sekarang. Kita belum dinyatakan bebas pandemi sehingga di rumah sakit pun masih ada pasien yang dirawat karena COVID-19.”
Rini juga menjelaskan soal mekanisme penularan penyakit melalui udara. Menurutnya, jika bicara soal penyakit yang ditularkan lewat udara, maka ada istilah airborne dan droplet.
Kedua hal ini mencakup dari mana sumbernya, di mana adanya, dan siapa reseptornya.
“Sumbernya adalah manusia, reseptornya juga manusia dan ketika kuman dikeluarkan dari manusia maka mereka ada di udara melayang-layang.”
Droplet didefinisikan sebagai percikan ludah dengan ukuran lebih dari 5 mikron yang keluar ketika berbicara, bernyanyi, atau bersin. Ukuran yang besar ini membuat droplet bisa jatuh ke permukaan benda-benda.
“Sedangkan, yang ukurannya lebih kecil, kurang lebih satu mikron atau kurang dari 5 mikron maka dia akan melayang-layang di udara. Jika ada angin, maka kuman akan dibawa ke orang-orang sekitar yang menghirupnya.”
Penularan Virosols
Di era COVID-19, dikenal pula istilah virosols. Ini adalah virus yang ditularkan melalui aerosol. Selain berbicara, bernyanyi, bersin, atau batuk penularan virus melalui aerosol juga bisa melalui tindakan medis seperti nebulizer.
“Nebulizer itu kalau ibu-ibu punya anak yang asma, terus harus diuap, nah itu bisa terjadi penularan lewat aerosol.”
Penularan-penularan tersebut dapat dicegah dan dikendalikan dengan tindakan nyata. Sumber virus harus menjalani isolasi, memakai masker, dan menerapkan etika batuk yang baik.
“Etiket batuk itu mudah, jadi kalau batuk itu jangan malah maskernya dibuka. Kan masker itu untuk melindungi dan mencegah keluarnya droplet. Jadi apa yang dilakukan? Cukup tutup pakai lengan bagian dalam.”
Lengan dalam dianjurkan karena tidak banyak bersentuhan dengan orang lain sehingga tidak mudah menularkan. Beda halnya dengan telapak tangan yang acap kali dipakai bersalaman atau menyentuh permukaan berbagai benda.
Untuk mencegah penularan virus lewat udara, maka ventilasi ruangan harus bagus bisa pula menggunakan Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) atau alat sterilisasi udara.
Advertisement