Liputan6.com, Jakarta Anak-anak cenderung bahagia ketika diberi apresiasi atau reward ketika berhasil melakukan sesuatu. Ini merupakan bentuk dukungan yang baik untuk didapatkan anak dari orangtua dan lingkungan sekitar di masa pertumbuhannya.
Reward memiliki peran penting dalam membentuk perilaku anak ke arah yang lebih baik maupun membangun kebiasaan baik anak.
Baca Juga
Ikuti Kebiasaan Prilly Latuconsina Minum Kopi Hitam, Bantu Turun 10 Kg dan Jaga Kolesterol, Asam Urat, serta Gula Darah
Kolesterol Tinggi dan Mati Rasa pada Kaki, Ini 10 Tanda Bahaya yang Harus Anda Waspadai
Kolesterol Dilarang Makan Apa? Wamenkes Dante Saksono Ungkap Makanan yang Harus Dihindari untuk Jantung Sehat
Menurut psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, selain membentuk perilaku, reward juga memiliki manfaat lainnya.
Advertisement
“Pertama, meningkatkan self-esteem anak, dengan mendapatkan reward pastinya anak akan merasa dirinya telah berhasil mencapai sesuatu sehingga menimbulkan pandangan positif pada dirinya,” kata Vera mengutip keterangan pers Kinder South East Asia, Selasa (1/11/2022).
Kedua, reward juga dapat mempererat hubungan antara orangtua dan anak. Memberikan perhatian lebih banyak pada perilaku baik daripada perilaku buruk anak akan membawa orangtua dan anak ke arah hubungan yang lebih positif.
Ketiga, mendorong anak untuk belajar menguasai keterampilan ataupun kemampuan yang diharapkan.
Tak melulu soal pencapaian besar, reward dapat diberikan ketika anak berhasil melakukan hal-hal kecil. Misalnya, merapikan tempat tidur, menyikat gigi sebelum tidur, mengerjakan tugas sekolah, hingga membantu orangtua membersihkan rumah.
Reward terbagi menjadi dua macam, yakni material rewards dan social rewards. Material rewards adalah apresiasi yang diberikan dalam bentuk benda seperti makanan ringan favorit anak, mainan, stiker, atau benda lain yang disukai anak.
Sedangkan, social rewards lebih berupa afeksi seperti peluk-cium, senyuman, belaian atau tepukan di pundak, pujian dan aktivitas (ekstra waktu bermain/menonton, ditemani ibu merakit mainan).
Bisa Diciptakan Berdasarkan Kesepakatan
Secara alami, reward bisa terjadi atau diciptakan berdasarkan kesepakatan. Ada kalanya, reward perlu diberi bobot lebih untuk membentuk perilaku-perilaku yang diharapkan muncul pada anak.
Sebagai contoh, ibu dan anak menyepakati bahwa anak akan mendapatkan reward berupa coklat kesukaannya jika hari ini dia ingat untuk mengerjakan PR tanpa diingatkan.
Vera menambahkan, reward tidak lepas dari apa yang disebut motivasi. Pada anak-anak, motivasi dari luar dirinya (keluarga dan lingkungan) masih sangat dominan.
“Jika membahas soal reward, kita tidak bisa terlepas dari apa yang disebut motivasi. Tentunya, motivasi antara orang dewasa dengan anak-anak sangat jauh berbeda. Pada anak, motivasi yang datang dari luar dirinya-lah yang masih dominan. Perilaku anak masih bergantung pada reward atau konsekuensi yang ia dapatkan.”
Advertisement
Agar Pemberian Reward Berjalan Efektif
Agar pemberian reward efektif dalam membentuk perilaku baik atau perilaku yang diinginkan pada anak, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal tersebut adalah:
- Reward haruslah sesuatu yang bermakna untuk anak, seperti coklat kesukaannya atau aktivitas favoritnya.
- Reward bisa variatif bentuknya, tidak melulu material rewards tapi juga dapat diselingi social rewards. Bentuknya dapat disepakati juga dengan anak.
- Reward diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul agar pola keterkaitannya dapat tercipta erat antara reward dan perilakunya. Hindari menunda reward terlalu lama.
- Reward boleh diberikan asal tidak berlebihan sehingga anak merasa terlalu mudah dan akhirnya reward kehilangan maknanya.
- Reward dapat dibuat dalam sistem di mana anak baru akan mendapatkan reward setelah perilaku muncul dalam frekuensi tertentu atau dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
- Reward diberikan bersamaan dengan usaha memunculkan motivasi intrinsik di dalam diri anak sehingga tidak selamanya perilaku anak bergantung pada reward eksternal.
Peniru Ulung
Pemberian reward yang benar adalah salah satu contoh pola asuh baik yang dapat diterapkan oleh orangtua pada anak.
Contoh lain dari pola asuh positif adalah tidak adanya kekerasan dalam mendidik anak. Ini sesuai imbauan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga.
Menurutnya, pola asuh tanpa kekerasan akan membentuk karakter anak yang tangguh, memiliki etika, dan kesehatan mental yang bagus.
“Mari para orangtua semua, jadilah pendidik, pendamping, dan pendengar yang baik bagi anak karena anak adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada kita semua. Anak adalah peniru ulung dari tingkah laku orangtua mereka,” ujar Bintang mengutip keterangan pers KemenPPPA, Rabu (26/5/2021).
Advertisement