Leptospirosis Merebak di Jatim dan Semarang, Riwayat Diabetes hingga Lupus Bisa Bikin Parah Pasien Terinfeksi

Muncul leptospirosis, penyakit diabetes hingga lupus bisa semakin memperparah kondisi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 09 Mar 2023, 10:15 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2023, 10:15 WIB
Banjir Rob Genangi Pesisir Jakarta
Anak-anak bermain saat banjir rob di Muara Angke, Jakarta, Jumat (25/11/2022). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengimbau agar warga di pesisir Jakarta mengantisipasi banjir pesisir atau rob selama 22-28 November 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kasus leptospirosis di Provinsi Jawa Timur dan Kota Semarang, Jawa Tengah seiring dengan intensitas musim hujan dan banjir menimbulkan kekhawatiran. Di Jawa Timur, data per 5 Maret 2023 mencatatkan ada 249 kasus, sedangkan di Kota Semarang ada 18 kasus.

Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Semarang, Muchlis Achsan Udji Sofro mewanti-wanti sejumlah penyakit komorbid seperti diabetes melitus dan ginjal, kemudian lupus dapat memperparah kondisi ketika terkena leptospirosis.

Oleh karena itu, bagi masyarakat yang mempunyai penyakit komorbid tersebut diharapkan dapat mengendalikan penyakitnya. Upaya ini dapat mencegah keperparahan penyakit bilamana mengalami gejala leptospirosis.

"Penyakit komorbid ini yang bisa membuat kondisi lebih parah pada saat terkena leptospirosis ialah diabetes melitus, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, dan yang sedang menjalani kemoterapi," beber Muchlis saat sesi Media Group Interview Leptospirosis pada Selasa, 8 Maret 2023.

"Lalu penyakit lupus yang sering menggunakan obat penenang sistem imunitas. Penyakit-penyakit inilah yang harus dikendalikan."

Leptospirosis sendiri adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Jenis bakteri ini ditemukan dalam urine hewan yang terinfeksi, termasuk tikus, sapi, babi, anjing, dan mamalia lainnya. Bakteri ini dapat bertahan selama berbulan-bulan di tanah dan air yang hangat dan lembab.

249 Kasus Leptospirosis di Jawa Timur

Puncak Musim Hujan Diperkirakan pada Desember 2022 dan Januari 2023
Pengendara motor mengenakan jas hujan saat melintas di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (8/11/2022). Curah hujan yang tinggi di kawasan Jakarta berpotensi menimbulkan genangan atau banjir sehingga berpotensi memicu kemacetan, terutama saat jam kerja. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Warga Jawa Timur sedang dibuat khawatir dengan wabah leptospirosis yang menyerang beberapa daerah, termasuk Pacitan, Probolinggo, Gresik, Malang, dan Lumajang.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat, hingga 5 Maret 2023, terdapat 249 kasus wabah dengan 9 kasus kematian yang disebabkan oleh leptospirosis.

Dari total 249 kasus itu, terbanyak ada di Pacitan, yakni 204 kasus dengan 6 kasus meninggal dunia, Kabupaten Probolinggo 3 kasus dengan 2 kasus meninggal dunia, Gresik 3 kasus, Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan 1 kasus meninggal dunia, Sampang 22 kasus, dan Tulungagung 4 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Astha Triyono mengatakan penyakit itu sudah terdeteksi seperti Pacitan, Pasuruan, hingga Probolinggo. Dari seluruh kasus leptospirosis yang pernah terjadi sebanyak 90 persen di antaranya, bergejala ringan, lalu 10 persen lainnya bergejala berat.

"90 persen itu leptospirosis ringan. Hampir sama dengan gejala-gejala flu lainnya. Tetapi 10 persen lainnya itu bisa menjadi berat," kata Erwin di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (6/3/2023).

18 Kasus Leptospirosis di Kota Semarang

Puncak Musim Hujan Diperkirakan pada Desember 2022 dan Januari 2023
Warga menggunakan payung saat melintas di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (8/11/2022). Curah hujan yang tinggi di kawasan Jakarta berpotensi menimbulkan genangan atau banjir sehingga berpotensi memicu kemacetan, terutama saat jam kerja. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat, ada 18 kasus leptospirosis sepanjang Januari hingga awal Maret 2023. Dari 18 kasus tersebut, lima orang diantaranya meninggal dunia. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, 18 kasus tersebut paling banyak tersebar di Semarang Utara dan Pedurungan. Pihaknya telah mewanti-wanti petugas Dinkes maupun puskesmas untuk mengantisipasi adanya leptospirosis pada musim penghujan.

Terlebih, beberapa wilayah di Kota Semarang diterjang banjir dan rob. Hakam telah meminta petugas puskesmas yang wilayah kerjanya terdapat bencana banjir atau rob agar melakukan surveilans aktif tiga pekan pasca banjir dan rob. 

"Kita tidak boleh pasif hanya nunggu pasien datang (ke Puskesmas) dengan demam, kuning matanya, nyeri betis. Itu adalah ciri khas pasien leptospirosis. Itu nenurut saya sudah terjadi keterlambatan (penanganan)," ujar Hakam dalam pernyataan resmi, Selasa (7/3/2023).

Hakam memaparkan, surveilans aktif dilakukan secara bersama-sama tim dari masing-masing bidang sehingga tidak hanya pengecekan leptospirosis, namun juga penyakit lain yang kerap menyerang saat musim hujan, misalnya Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Jika ditemukan warga mengalami demam, petugas bisa melakukan skrining awal sehingga akan segera diketahui, apakah warga tersebut menderita demam biasa, DBD, leptospirosis, atau penyakit lain yang kerap terjadi saat musim hujan," paparnya.

Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya