Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari merasa khawatir dengan kejadian kasus polio yang muncul kembali. Setelah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di Aceh pada 2022, temuan polio beberapa waktu lalu ada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Menurut Hindra, kasus polio pada anak di Aceh dan Purwakarta memberikan sinyal atau pertanda bagi Indonesia. Bahwa kemungkinan kasus polio dengan gejala lumpuh layuh bisa saja terdapat di daerah lain, tapi belum terdeteksi.
Baca Juga
"Kalau kita lihat di Aceh udah ada, di Purwakarta udah ada dalam 2-3 bulan. Artinya, sebenarnya, saya khawatir di berbagai provinsi lain itu udah ada, cuma enggak terdeteksi," jelas Hindra saat ditemui Health Liputan6.com usai acara 'Temu Media terkait Pekan Imunisasi Dunia 2023' di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta pada Senin, 27 Maret 2023.
Advertisement
"Karena yang ngedeteksi adanya di Puskesmas. Yang di Aceh itu yang mendeteksi Puskesmas, jadi kita mesti apresiasi kepada dokter Puskesmas yang bisa mendeteksi langsung (gejala polio), kirim feses langsung diperiksa."
Belum Terlaporkan karena Belum Terdeteksi
Serupa di Aceh, laporan kasus polio di Purwakarta juga awalnya dilaporkan dari Puskesmas setempat. Utamanya, pelaporan kasus polio adalah ada kecurigaan terhadap gejala pasien yang mengalami lumpuh layuh.
Kemudian diambil sampel feses untuk diperiksa, apakah positif polio atau bukan.
"Kalau semua bergerak mencari, kalau kita semua bergerak, mungkin udah ada (temuan polio) di beberapa daerah, cuma belum terlaporkan karena belum terdeteksi. Ya karena tidak aware-nya (tidak perhatian)," Hindra menekankan.
"Kita sebetulnya cari (pasien) lumpuh layuh akut untuk memastikan yang lumpuh itu bukan polio. Jadi saya khawatirkan udah ke mana mana (penularan virus polio)."
Cakupan Imunisasi Anak Kurang
Penyebab kejadian polio di Aceh dan Purwakarta, lanjut Hinky Hindra Irawan Satari, karena cakupan imunisasi anak dasar lengkap masih kurang dan tidak tercapai. Apabila cakupan imunisasi tercapai, maka tidak muncul temuan polio pada anak.
"Polio kan ada di Aceh dan Purwakarta. Kalau kita mengambil signal (sinyal), itu kan pertanda kan. Kalau dari imunisasi itu kelihatan dampaknya, cakupan (imunisasi) meningkat, kasusnya (polio) menurun," katanya.
"Kalau asusnya naik, itu artinya cakupannya enggak tercapai. Kalau cakupannya enggak tercapai, numpuk terus, itu kita menuainya sekarang (kemunculan polio)."
Penyisiran Kasus Polio di Purwakarta
Pada pernyataan resmi, Ketua Tim Surveilans Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dewi Ambarwati mengatakan, kasus polio di Kabupaten Purwakarta ditemukan atas penyisiran yang dilakukan oleh otoritasnya.
"Purwakarta termasuk yang tidak mencapai target pengiriman sampel, tapi (kemudian) menggiatkan penemuan AFP di lapangan (dengan pengiriman sampel)," ujar Dewi di Bandung, Sabtu (25/3/2023).
Dewi mengatakan Dinas Kesehatan Jawa Barat dan Dinas Kesehatan Purwakarta mendapatkan laporan hasilnya positif virus polio tipe 2 VDVP dari sampel AFP yang dikirim pada 14 Maret 2023.
Advertisement
Temuan Polio dari Hasil Pemeriksaan Sampel
Kasus polio di Purwakarta, diketahui dari pemeriksaan sampel tinja dari seorang bocah perempuan berusia 4 tahun 5 bulan yang merupakan warga Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis.
Sebelumnya, balita itu datang ke Puskesmas Cimaragas, Purwakarta dengan keluhan demam, dan pasien memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang sejak usia 2 tahun.
"Gejala yang terlihat tidak dapat berjalan dan berbicara," Dewi Ambarwati melanjutkan.
Pengambilan Sampel Tinja dan Penelusuran Suspek Polio
Menurut Dewi, Tim Surveilans Dinkes Jabar bersama Dinkes Purwakarta, Kementerian Kesehatan RI, serta perwakilan badan kesehatan dunia, dan WHO telah turun ke Desa Tegal Datar Kecamatan Maniis untuk melakukan langkah penyelidikan epidemiologi polio.
Atas dasar rekomendasi tim ahli, beberapa langkah sudah diambil. Pertama, mengambil sampel tinja dari 30 anak sehat di desa tersebut untuk melihat apakah sudah ada sirkulasi virus dan terpapar pada anak sekitar tetapi tidak sakit seperti kejadian di Aceh.
Kedua, skrining dari rumah ke rumah untuk mencari suspek AFP, dan melihat situasi kesehatan anak-anak mulai dari riwayat imunisasi, kesehatan lingkungan, dan lain-lain.
"Hingga 17 Maret 2023, tim telah berhasil mewawancarai 261 kepala keluarga dari target 200 rumah," ungkap Dewi.