Indonesia Tak Termasuk, BMKG Jelaskan Indikator Kondisi Layak Disebut sebagai Gelombang Panas

BMKG menyebut cuaca panas dan gelombang panas (heartwave) merupakan dua hal berbeda. Sehingga, Indonesia tak termasuk dalam negara yang terkena gelombang panas.

oleh Diviya Agatha diperbarui 04 Mei 2023, 12:19 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2023, 21:00 WIB
Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Indonesia dilanda suhu panas beberapa hari belakangan. Namun, bukan gelombang panas seperti yang terjadi di negara Asia lainnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Selama beberapa hari belakangan, cuaca ekstrem berupa suhu tinggi ikut melanda Indonesia. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa cuaca panas dan gelombang panas (heatwave) merupakan dua hal berbeda.

Pasalnya, cuaca panas memang terjadi di Indonesia. Namun gelombang panas punya karakteristik tersendiri dan penjelasan secara indikator statistik suhu.

"Pertama, secara karakteristik fenomena, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan," ujar BMKG melalui siaran pers yang tayang pada Selasa, (25/4/2023).

"(Gelombang panas umumnya terjadi) pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental," sambung BMKG.

Indonesia Tak Masuk Karakteristik Gelombang Panas

BMKG mengungkapkan Indonesia tidak masuk dalam kategori wilayah yang memenuhi karakteristik gelombang panas. Itulah mengapa yang terjadi selama beberapa hari belakangan hanya cuaca panas, bukan gelombang panas.

"Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas," kata BMKG.

Selain itu, BMKG menyebut gelombang panas biasanya akan berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca melalui sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang mana berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas.

Gelombang Panas Terjadi karena Tekanan Tinggi di Atmosfer

Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Warga menggunakan payung saat berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam bebrapa hari terakhir. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut BMKG mengungkapkan bahwa dalam sistem tekanan tinggi, udara akan mengalami pergerakan dari atmosfer bagian atas dan menekan permukaan (subsidensi). Sehingga, termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

"Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalir masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area --- semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," kata BMKG.

Begitu pun jika dilihat dari indikator statistik suhu. Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim merupakan periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih

"Suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya lima derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas," ujar BMKG.

Indonesia Bukan Terkena Gelombang Panas

Cuaca Panas Melanda DKI Jakarta
Melansir laman bmkg.go.id, cuaca Jakarta dan Kepulauan Seribu di pagi hari cerah berawan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berdasarkan penjelasan di atas, hal itulah yang menyebabkan mengapa menurut BMKG, Indonesia tidak terkena gelombang panas. Mengingat dari karakteristik dan indikator statistik suhu, Indonesia tidak memenuhi kriteria.

"Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun," kata BMKG.

"Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," sambung BMKG.

Ciputat Terkena Suhu Panas Tertinggi

Cuaca Panas Melanda DKI Jakarta
Hal tersebut disebabkan perubahan musim yakni, curah hujan sudah mulai berkurang berganti musim atau akan segera masuk kemarau. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berdasarkan indikator statistik suhu, lonjakan maksimum yang terjadi di Indonesia mencapai 37,2 derajat celcius. Suhu panas tertinggi terekam dalam pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada 17 April 2023.

"Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36 derajat Celcius di beberapa lokasi," kata BMKG.

Sedangkan, variasi suhu panas maksimum untuk wilayah Indonesia ada di sekitaran 34-36 derajat Celcius dan masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya