Liputan6.com, Jakarta - Ada berbagai alasan yang menyebabkan anak memilih untuk berbohong. Ia mungkin ingin menghindari konsekuensi yang akan didapatkan jika berkata jujur, atau sekadar mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya bahkan jika itu tidak benar.
Tergantung usianya, mungkin terdapat perbedaan niat dan tujuan di balik kebohongan yang dikatakan. Anak kecil mungkin sengaja mengarang cerita yang tidak akan menyebabkan masalah. Sementara anak yang lebih dewasa sengaja berbohong tentang perbuatannya.
Baca Juga
Mengetahui alasan anak Anda berbohong dan bagaimana cara yang baik untuk menasihatinya dapat membantu menghentikan perilaku ini.
Advertisement
Menurut situs WebMD, anak-anak biasanya berbohong karena empat alasan:
-Anak belum tahu mana yang benar.
-Anak tahu itu salah untuk berbohong tetapi memiliki keinginan yang lebih kuat untuk mencapai sesuatu yang lain.
-Anak mengatakan apa yang muncul di kepalanya tanpa menyaringnya terlebih dahulu.
-Anak sengaja berbohong kepada orang dewasa karena mereka memiliki perasaan negatif terhadap mereka.
Wajar jika anak sesekali berbohong. Namun, jika hal ini terjadi secara terus-menerus, tentunya dapat menjadi masalah.
Apalagi, jika anak terlalu sering mengatakan kebohongan, akan sulit bagi Anda untuk memercayainya bahkan ketika ia berkata jujur.
Selain itu, berbohong bisa menjadi kebiasaan buruk jika anak melihat itu sebagai cara yang efektif untuk keluar dari masalah atau mengelak dari tanggung jawab. Jadi, ketika anak berbohong, atasi dengan cara yang lugas dan cegah agar tidak terjadi lagi.
Berikut adalah 7 strategi untuk menghadapi anak yang berbohong menurut situs Verywell Family:
1. Jadikan Kejujuran sebagai Aturan
Sebagai bagian dari nilai-nilai keluarga Anda, buat aturan jelas yang menekankan pentingnya kejujuran. Ini akan membantu anak-anak memahami bahwa Anda menghargai kebenaran, bahkan ketika itu sulit untuk dikatakan.
Beritahukan tentang berbagai jenis kebohongan dan masing-masing dampak yang dapat ditimbulkan. Jelaskan berbagai alasan orang berbohong dan mengapa Anda mengharapkan kejujuran.
2. Jadilah Panutan
Contohkan perilaku jujur untuk dapat ditiru anak. Anak-anak tidak dapat membedakan white lies dengan kebohongan lainnya.
Jadi, jangan berbohong tentang usia anak demi mendapatkan harga makanan yang lebih murah di restoran, dan jangan katakan Anda merasa tidak enak badan karena tidak ingin menghadiri acara di luar. Ini karena anak cenderung meniru apa yang Anda lakukan.
3. Diskusikan Konsekuensi Berbohong
Katakan pada anak Anda tentang konsekuensi berbohong. Jelaskan bahwa ketidakjujuran akan menyulitkan Anda untuk memercayainya di kemudian hari, bahkan ketika dia mengatakan yang sejujurnya.
Selain itu, beritahukan juga bahwa orang lain cenderung tidak menyukai atau mempercayai orang yang terkenal suka berbohong.
Advertisement
4. Ajarkan Perbedaan Kejujuran dan Kebohongan
Tidak peduli berapa usia anak Anda, penting untuk menjelaskan perbedaan antara mengatakan yang sebenarnya versus berbohong. Namun, sadarilah bahwa sampai kira-kira usia empat tahun, anak-anak kecil tidak akan sepenuhnya memahami perbedaan antara kebohongan dan kebenaran.
Anda dapat mengajari anak dengan hal sederhana seperti menanyakan, "Jika ibu berkata langit itu hijau, apakah itu kebenaran atau kebohongan?" Anda juga bisa bicara tentang konsekuensi dari berkata bohong, misalnya bahwa orang lain tidak akan memercayai ucapannya lagi.
Anda juga perlu mengajari anak untuk tidak blak-blakan akan sesuatu yang mungkin dapat menyakiti perasaan orang lain. Misalnya, dia tidak perlu mengatakan, "Baju itu jelek," atau "Kamu punya jerawat," hanya karena itu merupakan sebuah kejujuran.
Selain itu, diskusikan dengan anak Anda tentang apa yang akan terjadi jika dia ketahuan berbohong. Membahas konsekuensi ketidakjujuran sebelum itu terjadi dapat bertindak sebagai pencegah dan juga akan membantu Anda berdua tahu persis apa yang harus dilakukan jika suatu saat anak berbohong.
5. Berikan Konsekuensi Tambahan
Berikan anak Anda konsekuensi ekstra ketika ia ketahuan berbohong. Misalnya, alih-alih hanya melarangnya menonton televisi atau bermain game, beri dia tugas tambahan untuk dilakukan.
Namun, pastikan konsekuensinya sesuai dan adil. Jangan berlebihan dalam memberikan hukuman. Jika Anda memberi terlalu banyak hukuman atau cenderung bereaksi berlebihan, anak malah akan kesal dan merasa orangtuanya tidak adil alih-alih menyadari kesalahan.
6. Dukung Anak untuk Berkata Jujur
Bujuk anak untuk mengatakan yang sebenarnya dan berikan dukungan. Pujilah ia dengan mengatakan, "Ibu tahu itu pasti sulit untuk memberitahu ibu bahwa kamu memecahkan piring, tetapi ibu sangat senang kamu memilih untuk jujur tentang hal itu."
7. Berikan Peringatan
Beri anak-anak satu peringatan ketika Anda cukup yakin bahwa dia berbohong. Misalnya, katakan, "Ibu akan memberimu satu kesempatan lagi untuk mengatakan yang sebenarnya. Jika kamu berbohong lagi, maka konsekuensinya semakin besar."
Akan tetapi, ingatlah bahwa tujuan Anda sebenarnya adalah mengajarkan tanggung jawab dan kejujuran anak, alih-alih menyalahkan atau mempermalukan anak.
Menjaga nada tetap tenang dan penuh kasih juga membantu. Sebaliknya, jika Anda menggunakan nada tinggi, anak akan takut untuk berkata jujur.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement