Liputan6.com, Jakarta - Sesekali mengantuk di siang hari merupakan hal yang wajar. Namun, jika sering terjadi atau seseorang tidur lebih dari 7-8 jam yang disarankan oleh para ahli, ini bisa menjadi masalah yang perlu dikhawatirkan.
Mengantuk berlebihan sepanjang waktu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, bahkan bisa berbahaya jika harus mengemudi. Lantas, apa saja alasan di balik mengantuk di siang hari dan bagaimana cara mengatasinya?
Baca Juga
Utang Tidur
Utang tidur adalah saat seseorang tidak mendapatkan cukup tidur selama beberapa hari berturut-turut, dibandingkan dengan kebutuhan tidur biasanya.
Advertisement
Misalnya, jika biasanya tidur delapan jam tetapi dalam beberapa hari hanya tidur enam jam, itu berarti Anda memiliki utang tidur.
Utang tidur ini akan bertambah seiring waktu. Semakin banyak kurang tidur yang dialami, semakin berat kantuk yang akan dirasakan dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih ke keadaan normal.
Utang tidur bisa terjadi bahkan setelah hanya satu malam tidur yang kurang, dan butuh beberapa hari untuk pulih. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis psikiatri dan kedokteran tidur dan pendiri Menlo Park Psychiatry and Sleep Medicine, Alex Dimitriu kepada Insider.
Untuk mengatasi hal ini, Dimitriu menyarankan untuk tidur setidaknya tujuh atau delapan jam setiap malam. Sebaiknya tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ketika kurang tidur, Anda akan tidur lebih nyenyak, sehingga tidak perlu mengganti setiap jam tidur yang terlewatkan. Namun, dibutuhkan beberapa malam untuk merasa lebih baik kembali.
Selain itu, usahakan untuk mendapatkan jumlah tidur yang konsisten setiap malam.
Konsumsi Kafein atau Alkohol
"Kualitas tidur sama pentingnya dengan jumlah tidur. Otak perlu melewati tahapan tidur yang tepat di malam hari, dan ada beberapa zat yang bisa mengganggu hal itu," kata Dimitriu.
Dimitriu mengatakan bahwa dua penyebab umum dari merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari adalah kafein dan alkohol.
“Kafein bisa membuat Anda membutuhkan waktu lebih lama untuk tidur, tidur dengan kualitas yang kurang baik, dan durasi secara keseluruhan menjadi lebih singkat,” lanjutnya.
Sementara, alkohol bisa menyebabkan tidur dengan kualitas yang rendah karena mengurangi jumlah tidur Rapid Eye Movement (REM), dan dapat berkontribusi terhadap insomnia.
Untuk mengatasi hal ini, mengurangi minum alkohol atau kafein, terutama menjelang tidur, dapat membantu meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan. Dengan begitu, kantuk berlebihan di siang hari akan berkurang.
Advertisement
Konsumsi Obat-Obatan
Menurut Dimitriu, ada banyak jenis obat yang bisa menimbulkan kantuk. Beberapa contoh obat yang bisa menyebabkan kantuk adalah obat alergi, obat anti-kecemasan, antidepresan, obat tekanan darah tinggi, obat relaksan otot, dan obat penghilang rasa sakit.
Jika merasa obat yang dikonsumsi membuat sangat mengantuk, bicarakanlah dengan dokter. Mungkin tubuh hanya perlu menyesuaikan diri dengan obat tersebut. Anda juga bisa mencoba mengonsumsinya pada waktu yang berbeda.
Untuk obat yang bisa menyebabkan kantuk sebagai efek sampingnya, sebaiknya dikonsumsi tepat sebelum tidur, bukan di pagi hari.
Namun, ingatlah untuk tidak menghentikan penggunaan obat sesuai resep tanpa berkonsultasi dengan tenaga medis terlebih dahulu.
Sleep Apnea
Sleep apnea merupakan kondisi umum yang banyak dialami oleh pria sekitar 25 persen dan wanita sekitar 10 persen.
Hal ini menyebabkan seseorang berhenti bernapas sementara saat tidur di malam hari, sehingga mengganggu tidur dan menurunkan kualitas tidur. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis paru dan kedokteran tidur, Meir Kryger.
“Jika tidur dengan orang lain, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka mendengar Anda mendengkur keras atau melihat berhenti bernapas saat tidur. Ini merupakan tanda-tanda sleep apnea,” ungkap Kryger.
Gejala lain dari sleep apnea meliputi kesulitan untuk tetap tidur, bangun dengan mulut kering, sakit kepala di pagi hari, mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi.
Sleep apnea cenderung terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun atau mengalami kelebihan berat badan.
Advertisement