Selain Masalah Paru, Dampak Polusi Udara pada Kesehatan Bisa Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Dokter mengatakan, peningkatan partikel polusi udara bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung sebesar 4,5 persen, selain penyakit paru-paru.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 12 Agu 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2023, 18:00 WIB
Ilustrasi polusi udara
Mungkin sebagian warga sepakat bila kualitas udara Ibukota sudah tercemar. Bahkan beberapa orang harus bertarung dengan polusi udara dengan menggunakan masker kemana-mana.

Liputan6.com, Jakarta - Rupanya dampak polusi udara tidak hanya mempengaruhi kesehatan organ paru-paru saja melainkan juga organ vital lainnya seperti jantung.

Disampaikan Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Agus Dwi Susanto, ada dampak lain dari setiap peningkatan partiel polusi udara yang memengaruhi tubuh selain masalah pernapasan hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Agus mengatakan, peningkatan partikel polusi udara bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung sebesar 4,5 persen, selain penyakit paru-paru.

"Setiap peningkatan partikel 10 mikrogram akan meningkatkan mortalitas jantung dan serangan jantung empat setengah persen," tutur Agus dalam diskusi dampak polusi udara, Selasa, dilansir Antara.

Masalah kardiovaskular atau jantung, kata Agus, muncul setelah masalah pada pernapasan akibat paparan polusi udara.

Polutan bisa masuk melalui alveoli dan segera mengalir masuk ke pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik pada jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pada vaskuler yang berhubungan dengan risiko terjadinya hipertensi, disfungsi endothel dan terjadinya penyakit jantung. 

Selain serangan jantung, Agus mengatakan polutan juga memberi dampak 7 kali lipat lebih besar pada stroke secara umum. Ia mengatakan hampir 47 persen penyakit datang dari paparan polusi udara. Hanya saja hal ini kerapkali diremehkan.

"Tapi ini seringkali diremehkan. Hampir 47 persen penyakit datang karena polusi sehingga harus mendapatkan perhatian," ucap Agus.

 

 

Polusi Udara Ganggu Perkembangan Kognitif Anak

Udara Jakarta Buruk, Warga Beraktivitas Pakai Masker
Seorang wanita berjalan mengenakan masker pelindung untuk menghindari polusi udara buruk di Jakarta, Rabu (17/7/2019). Dinkes DKI menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah dampak polusi udara pada tubuh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

 

Polusi udara, kata Agus, juga berdampak pada terhambatnya pertumbuhan kognitif anak di usia dua tahun hingga usia sekolah. Ini karena kata dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu, polusi udara bisa menembus ke otak sehingga menyebabkan peradangan dan berdampak pada kognitif anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.

Diperkirakan perkembangan kognitif 2 miliar anak di seluruh dunia terdampak polusi udara.

"Riset menunjukkan peningkatan polutan berkaitan dengan tingkat intelegensi dan intelektual lebih rendah pada anak-anak di bawah usia 2 tahun maupun usia sekolah," lanjutnya.

Polusi Udara Bisa Sebabkan Stunting

Bahkan lebih jauh, paparan polusi udara terutama di daerah polutan tinggi juga berisiko menyebabkan anak lahir stunting.

Ini karena polutan akan memberikan ganggguan pada sistem sirkulasi, dimana sistem tersebut membawa oksigen dalam darah hingga otak. Ketika sirkulasi membawa oksigen lebih rendah, aanak akan kekurangan oksigen secara defisit minor dan dalam jangka panjang pertumbuhannya jadi lebih lambat.

"Stunting pada anak yang terpapar dari polutan it risikonya dua kali lipat lebih tinggi," kata Agus.

Disarankan Gunakan Masker

Oleh karena itu, setiap lapisan masyarakat harus berperan aktif dalam mengurangi polusi dengan cara beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi dan tidak membakar sampah sembarangan.

Bagi individu yang berada di daerah tinggi polutan disarankan untuk mengurangi beraktivitas di luar ruangan dan memantau kualitas udara secara real time. Disarankan juga memakai masker N95 atau masker bedah guna menyaring polutan masuk ke jalur pernapasan.

Agus juga menyarankan untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, istirahat cukup, makan makanan bergizi serta tidak merokok. Jika muncul gejala akibat polusi udara segera deteksi dini dan bawa ke rumah sakit jika terjadi perburukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya