Liputan6.com, New York - Indonesia menetapkan target eliminasi tuberkulosis (TB) pada tahun 2030. Komitmen pemimpin dunia dalam ‘United Nations General Assembly’s High-Level Meeting on Tuberculosis 2023’ adalah menjangkau 90 persen orang dengan layanan pencegahan dan perawatan TB dalam 5 tahun ke depan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin turut mengajak seluruh pihak dan dunia untuk eliminasi TB. Bahwa persoalan TB bukan hanya menjadi bahan bacaan saat ini, melainkan jadikan tuberkulosis sebagai sejarah umat manusia.
Baca Juga
“Mari kita jadikan TB bukan hanya sebagai buku yang kita baca saat ini, tetapi dalam 10 tahun ke depan, jadikanlah TB sebagai buku sejarah umat manusia,” ucap Budi Gunadi saat dialog ‘TB Innovation Summit’ di New York, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Advertisement
Bukan Eksklusif Kemenkes
Belajar dari pandemi COVID-19, Budi Gunadi melanjutkan, diperlukan kerja sama agar COVID terkendali. Menurutnya, penanganan TB juga harus memerlukan kerja sama.
“Kami dapat mengendalikan pandemi dengan vaksinasi 200 juta orang, 400 juta suntikan di negara berpenduduk 270 juta dan di 17.000 pulau, tetapi kemudian saya menyadari mengapa kami dapat melakukannya,” katanya.
“Jawabannya adalah karena kita tidak melakukannya sendiri, tetapi kita melakukannya bersama-sama. Kami tidak membuat ini sebagai sebuah inisiatif Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang eksklusif, tetapi kami membuatnya inklusif, semua sektor, organisasi sosial, organisasi keagamaan, alumni SMA, konglomerat dilibatkan.”
Jadikan TB sebagai Sebuah ‘Gerakan’
Menkes Budi Gunadi menyampaikan, penanganan tuberkulosis dapat pula dilakukan sebagai sebuah ‘gerakan.’ Hal ini juga seperti yang terlihat pada penanganan COVID-19.
“Pada COVID-19, kami berhasil menjadikannya bukan sebagai sebuah program, tetapi sebagai sebuah gerakan. Jadi saya pikir, masalah kesehatan ini terlalu besar untuk kita tangani sendiri,” ujarnya.
“Kita harus melakukan pendekatan ini sebagai sebuah gerakan dan terima kasih untuk Stop TB Partnership. Saya pikir, Anda adalah contoh yang baik bagaimana kita dapat menempatkan TB sebagai sebuah gerakan, di mana semua orang di seluruh dunia ingin terlibat dan ingin berhasil memberantas TB.”
Advertisement
Bunuh Lebih dari 10 Juta Orang Tiap Tahun
Pada sesi 'Launch of the Coalition of Leaders Against TB,’ Menkes Budi Gunadi Sadikin membeberkan, tuberkulosis membunuh lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya.
“Saya baru saja mengetahui bahwa tuberkulosis telah ada di sini selama lebih dari 100 tahun. Faktanya, penyakit ini membunuh lebih dari 10 juta orang setiap tahun dan membunuh lebih dari 4.000 orang setiap hari,” ungkapnya.
15 Kementerian Kerja Sama
Melihat kejadian kasus TB, Indonesia sangat berkomitmen untuk eliminasi tuberkulosis. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga sudah mengeluarkan keputusan untuk seluruh kementerian bekerja sama menangani TB.
“Presiden kami mengeluarkan sebuah keputusan kepada semua 15 kementerian untuk bekerja sama mengakhiri TB. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kami, kami mencapai 724.000 identifikasi pasien TB,” terang Budi Gunadi, Selasa (19/9/2023).
“Ini angka tertinggi dalam 20 tahun terakhir, sebelumnya hanya 550.000 yang teridentifikasi dan kami sangat berkomitmen untuk meningkatkannya menjadi 80 persen atau sekitar 800.000 identifikasi tahun ini dan 900.000 atau 90 persen tahun depan.”
Luncurkan Dewan Akselerator Vaksin TB
Pada 22 September 2023, WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus secara resmi meluncurkan Dewan Akselerator Vaksin TB untuk memfasilitasi pengembangan, perizinan, dan penggunaan vaksin TB yang baru.
Dewan yang didukung oleh sekretariat WHO ini akan dipimpin oleh dewan menteri, yang terdiri dari sembilan anggota yang akan menjabat secara bergilir untuk jangka waktu dua tahun.
Dewan ini juga akan memiliki badan-badan anak perusahaan untuk mendukung interaksi dan keterlibatannya dengan berbagai sektor dan pemangku kepentingan secara luas, termasuk sektor swasta, ilmuwan, filantropi, dan masyarakat sipil.
Vaksin BCG Tak Cukup Beri Perlindungan
BCG saat ini merupakan satu-satunya vaksin TB yang berlisensi. Meskipun memberikan efikasi sedang dalam mencegah bentuk TB yang parah pada bayi dan anak-anak, vaksin ini tidak cukup melindungi remaja dan orang dewasa, yang merupakan mayoritas (lebih dari 90 persen) penularan TB di seluruh dunia.
Dewan ini bertujuan untuk mengidentifikasi pembiayaan berkelanjutan yang inovatif, solusi pasar dan kemitraan di seluruh sektor publik, swasta dan filantropi.
Dewan ini akan memanfaatkan platform seperti Uni Afrika, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), negara-negara BRICS (Brasil, Federasi Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), G20, G7, dan lainnya untuk memperkuat komitmen dan tindakan untuk pengembangan dan akses vaksin TB baru.
Advertisement