Pakar: Waspadai Cacar Monyet meski Tak Berstatus Kedaruratan Kesehatan Global

Kedaruratan kesehatan global cacar monyet sudah dinyatakan berakhir tapi masyarakat tetap perlu waspada.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Okt 2023, 17:45 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2023, 17:45 WIB
Pakar: Waspadai Cacar Monyet meski Tak Berstatus Kedaruratan Kesehatan Global
Pakar: Waspadai Cacar Monyet meski Tak Berstatus Kedaruratan Kesehatan Global. Credits: pixabay.com by Geralt

Liputan6.com, Jakarta Kasus cacar monyet di Jakarta bertambah jadi tujuh per 22 Oktober 2023. Angka ini telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI).

Terkait cacar monyet, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama memberi penjelasan. Menurutnya penyakit yang disebut pula sebagai monkeypox (Mpox) pernah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 23 Juli 2022.

Setelah hampir satu tahun penanganan intensif di dunia, maka situasi kesehatan masyarakatnya terkendali dengan baik. Sehingga pada 11 Mei 2023 dinyatakan bahwa cacar monyet tidak lagi berstatus darurat kesehatan global atau PHEIC.

“Tegasnya, kedaruratan kesehatan global cacar monyet sudah dinyatakan berakhir,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Senin (23/10/2023).

“Walaupun bukan lagi berstatus kedaruratan kesehatan global, tentu kita tetap perlu waspada terhadap cacar monyet. Sama seperti kita waspada terhadap berbagai penyakit menular lainnya,” tambahnya.

Dia pun menjelaskan bahwa cacar monyet adalah penyakit virus dari genus Orthopoxvirus, yang terdiri dari 2 galur (clade) I dan II, dan yang sekarang banyak beredar di dunia adalah Clade IIb.

“Akan bagus kalau pada kasus cacar monyet di Jakarta juga dijelaskan apa galur penyebabnya,” kata Tjandra.

Gejala dan Penularan Cacar Monyet

Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama soal cacar monyet

Lebih lanjut, Tjandra menjelaskan bahwa gejala cacar monyet adalah kelainan di kulit dan mukosa yang dapat terjadi dua hingga empat minggu. Diikuti dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, badan lemah dan pembesaran kelenjar getah bening.

Sementara, penularan terjadi akibat kontak langsung, baik dari orang yang sakit maupun dari bahan yang terkontaminasi, bisa juga dari binatang karena ini adalah penyakit zoonosis.

“Akan baik kalau pada ketujuh kasus di Jakarta disampaikan juga pola penularannya sehingga mereka bisa terkena penyakit ini. Dan bagaimana penyelidikan epidemiologi (PE) selanjutnya," kata Tjandra. 

Diagnosis dan Vaksinasi Cacar Monyet

Virus Cacar Monyet
Gejala dan Penularan Cacar Monyet. Credits: pixabay.com by Alexandra_Koch.

Jika sudah tertular dan ada gejala, maka diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan PCR pada kelainan di kulit pasien. Pasien biasanya ditangani secara suportif, walaupun di beberapa negara memang ada yang menggunakan obat tertentu.

“Dan baik kalau kita diinformasikan jenis obat apa yang diberikan pada pasien di Jakarta sekarang ini.”

Sedangkan untuk mencegahnya, maka perlu dilakukan vaksinasi.

“Vaksinasi dapat membantu mencegah terjadinya penularan, khususnya pada mereka yang termasuk kelompok risiko tinggi,” ujar Tjandra.

Cacar Monyet Ada di 115 Negara

Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik)
Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik).

Cacar monyet bukanlah penyakit baru. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tanggal 20 Oktober 2023 menunjukkan di dunia sudah ada 91.123 kasus cacar monyet. Kasus ini menyebar di 115 negara.

“Tentu kita tidak tahu apakah data dari Jakarta sudah masuk dalam perhitungan ini. Dari lebih 90 ribu kasus itu, maka WHO mencatat ada 157 kematian. Tegasnya, kasus cacar monyet masih selalu ada di dunia, dan nampaknya juga di negara kita,” jelas Tjandra.

Infografis Mengenal Cacar Monyet yang Menginfeksi Manusia
Infografis Mengenal Cacar Monyet yang Menginfeksi Manusia (Liputan6.com/Triyasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya