Jangan Lengah, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Bikin Risiko Stroke Naik

Cuaca panas ekstrem secara tidak langsung bisa meningkatkan risiko stroke.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Okt 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2023, 12:00 WIB
Jakarta cuaca panas
Cuaca panas ekstrem secara tidak langsung bisa meningkatkan risiko stroke. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena cuaca panas terik di Indonesia masih akan berlangsung selama periode Oktober 2023.

Saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada Oktober-November 2023, sehingga kondisi cuaca cerah akan cukup mendominasi pada siang hari.

Terkait cuaca panas ekstrem, masyarakat perlu berhati-hati agar jangan sampai dehidrasi. Sebab, cuaca panas ekstrem secara tidak langsung bisa meningkatkan risiko stroke.

Risiko Kekentalan Darah

Dokter spesialis saraf Muhammad Kurniawan menerangkan, cuaca panas ekstrem mungkin hubungannya lebih banyak meningkatkan risiko heatstroke. Kondisi ini ketika tubuh mengalami peningkatan suhu yang sangat cepat melebihi kemampuan tubuh menurunkannya.

"Lebih banyak ke risiko heatstroke ya. Kalaupun dia meningkatkan risiko stroke, itu lebih disebabkan karena seandainya seseorang yang berada di cuaca panas ekstrem, konsumsi air minumnya sedikit itu bisa menyebabkan dehidrasi," terangnya saat Press Briefing: Hari Stroke Sedunia Tahun 2023, Jumat (27/10/2023).

"Dehidrasi meningkatkan risiko kekentalan darah. Darah yang kental meningkatkan risiko terjadinya stroke sumbatan, ya hubungannya (ke stroke) ada juga."


Kaitan Dehidrasi dan Stroke

Dalam hal ini, Muhammad Kurniawan menekankan, hubungan stroke dan cuaca panas ekstrem tidak bersifat langsung.

"Namun tidak berkorelasi langsung antara cuaca panas dengan stroke. Kalau seandainya orangnya banyak minum, mencegah dehidrasi ya bisa mencegah terjadinya stroke," tegasnya.

Dehidrasi bisa dikaitan dengan peningkatan kekentalan plasma darah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko munculnya Deep Vein Thrombosis (DVT) dan emboli pulmoner, penyakit jantung koroner, serta hipotensi orthostatik (penurunan tekanan darah dengan perubahan posisi dari duduk atau tidur ke berdiri).

Volume Plasma Darah Turun

Melansir Britannica, terdapat perubahan nyata pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler saat dehidrasi. Khususnya volume plasma darah mengalami perubahan dan menjadi paling sedikit.

Volume plasma dipertahankan kurang lebih konstan dengan mengorbankan cairan jaringan. Namun, jika volume plasma turun, output jantung juga turun, lalu denyut nadi meningkat dan menunjukkan kondisi fisik berbahaya.


Gampang Dehidrasi

Waspada, Cuaca Jakarta Memanas
Agar masyarakat menjaga kesehatannya pada musim kemarau dan cuaca panas ekstrem. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam mengimbau agar masyarakat menjaga kesehatannya pada musim kemarau dan cuaca panas ekstrem. Ada sejumlah penyakit yang mungkin terjadi saat cuaca panas.

Cuaca panas menyebabkan suhu udara menjadi meningkat. Suhu udara yang meningkat berpotensi membuat masyarakat akan mudah menjadi dehidrasi, terutama pada mereka-mereka yang berada di jalanan.

Debu Lebih Tinggi

Udara yang panas ini juga akan meningkatkan jumlah debu yang meningkat. Ini akan berpengaruh pada orang-orang yang memang mempunyai alergi pada debu.

“Secara keseluruhan tentu yang akan terganggu adalah pernapasan karena debu yang lebih tinggi dan kemudian di satu sisi, masyarakat mudah jatuh dalam dehidrasi, tenggorokan menjadi kering iritasi,"

"Sehingga memang bisa terjadi peningkatan infeksi saluran pernapasan yang pada kondisi-kondisi di mana cuaca panas terjadi,” ujar Ari Fahrial, dikutip dari situs Fakultas Kedokteran UI.

“Mereka yang memang pekerjaannya ada di luar, harus sering mengonsumsi air untuk mencegah jangan sampai terjadi dehidrasi."

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya