Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 tidak hanya naik di Singapura dan Malaysia, tapi juga di Indonesia. Oleh sebab itu, para dokter menyarankan masyarakat untuk segera manfaatkan vaksinasi yang masih gratis hingga akhir tahun.
"Kementerian Kesehatan mengatakan, sampai akhir Desember, jadi kira-kira tiga minggu lagi, vaksin COVID ini masih ditanggung oleh pemerintah, masih gratis. Tahun depan katanya berbayar," kata Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Erlina Burhan dalam temu media yang dilakukan secara daring pada Rabu, 6 Desember 2023.
Baca Juga
Selain Erlina, pakar kesehatan Zubairi Djoerban juga mengimbau hal yang sama. Menurutnya, untuk melindungi diri dari COVID-19, vaksinasi perlu dilakukan.
Advertisement
"Jika Anda belum vaksinasi maupun sudah lama sejak terakhir kali mendapatkan vaksin, bisa lakukan vaksinasi ya," kata pria yang akrab disapa Prof Beri dalam cuitan di Twitter centang biru @ProfesorZubairi setelah dikonfirmasi Health Liputan6.com pada Kamis, 7 Desember 2023.
Namun, Beri menyayangkan soal ketersediaan vaksin. Menurutnya, di beberapa klinik tidak ada vaksin COVID-19 yang tersedia.
"Pemerintah sendiri bilang kalau vaksinasi masih gratis sampai Desember nanti. Namun, saya tidak melihat ketersediaan vaksin saat melakukan pengecekan di beberapa klinik. Mungkin bisa dibantu infokan kepada saya klinik mana saja yang bisa mendapatkan vaksinasi," katanya.
Soal Ketersediaan Vaksin COVID-19
Tak tersedianya vaksin di beberapa klinik atau fasilitas kesehatan tak hanya dirasakan Beri. Sebagian masyarakat juga mengaku tak mendapatkan vaksin di Puskesmas.
"Di beberapa Puskesmas hari ini sudah banyak yang meminta vaksin, tapi di salah satu Puskesmas menyampaikan bahwa stok vaksin belum diberikan lagi sejak tanggal 1 Desember, bagaimana pendapat Prof Erlina?," tanya wartawan kepada Erlina Burhan di kesempatan tersebut.
Dokter spesialis paru itu pun menjawab dan berencana mengirim surat resmi kepada Kementerian Kesehatan.
"Mungkin kita bantu masyarakat dengan bersurat kepada pemerintah untuk memerhatikan pengadaan vaksin ini di fasyankes-fasyankes terutama fasyankes primer atau Puskesmas, klinik, atau rumah sakit pemerintah," jawab Erlina.
Kenaikan Kasus COVID-19 di Indonesia
Sebelumnya, Erlina menjelaskan tentang kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia.
"Ini sekarang jadi pertanyaan banyak orang ya, apakah juga terjadi peningkatan kasus di Indonesia? Jawabannya iya," ujar Erlina.
"Kalau kita lihat, di tanggal 2-8 Oktober 65 kasus yang terkonfirmasi, di 20-26 November ada 151. Jadi dua setengah kali (lipat) peningkatannya kalau kita lihat dari Oktober ke November,"Â dia menambahkan.
Pada Oktober, lanjut Erlina, tidak ada laporan kasus meninggal. Sedangkan pada November, satu orang dinyatakan meninggal setelah terinfeksi COVID-19.
"Rawat inap bagaimana? Tidak banyak rumah sakit yang melaporkan ada kasus rawat inap. Akhir-akhir ini ada dua pasien rawat inap di RSUD Dokter Soetomo Surabaya. Sementara laporan dari Jawa Barat mengatakan bahwa bed occupancy rate (keterisian tempat tidur RS) kurang dari tiga persen pada September sampai November," katanya.
Advertisement
Vaksin Booster Masih Rendah
Dengan begitu, Erlina menyimpulkan bahwa kenaikan ini tidak tinggi. Meski demikian, dia menyayangkan soal orang-orang yang bergejala COVID tapi enggan memeriksakan diri.
"Memang pertama karena pemeriksaannya sudah tidak lagi gratis. Mereka juga merasa, ‘Ah, cuman batuk pilek, ngapain sih diperiksa, bikin stres aja,’ ada tuh yang begitu," katanya.
Lebih lanjut Erlina menyampaikan bahwa peningkatan kasus di Indonesia dapat terjadi lantaran berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan besar adalah mobilitas antarnegara yang sangat tinggi.
"Kita tidak bisa mengontrolnya dan kita juga tahu ini akhir tahun, musim liburan. Ada turis dari Singapura, Malaysia, Tiongkok ke Indonesia terutama ke Bali. Dan penduduk Indonesia juga berlibur ke luar negeri khususnya Singapura," ujarnya.
Di sisi lain, vaksinasi booster juga masih terbilang rendah di Indonesia. Hingga kini, vaksinasi primer pertama mencapai angka cukup tinggi yakni 86 persen. Dan vaksinasi dosis kedua 74 persen.
"Nah booster pertama hanya 38 persen dan booster kedua lebih rendah lagi hanya 2 persen. Sementara penerapan protokol kesehatan sudah mulai longgar," pungkasnya.
Hal ini menjadi alasan kenapa kasus COVID-19 di Indonesia naik hingga lebih dari dua kali lipat sejak Oktober lalu.