Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Mengungkap Fakta Seks yang Selama Ini Tersembunyi, Jangan Sampai Tertipu 4 Mitos Ini

4 Mitos Mengenai Seks yang Seringkali Disalahartikan Oleh Banyak Orang

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta Desideria diperbarui 18 Jan 2024, 14:10 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 13:58 WIB
Ketahui Apa Saja Mitos Mengenai Seks yang Berkembang di Masyarakat (dok. unsplash.com/Asnida Riani)
Ketahui Apa Saja Mitos Mengenai Seks yang Berkembang di Masyarakat (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang seks kadang dianggap tabu, terutama di tengah masyarakat Indonesia yang masih kental dengan nilai-nilai ketimuran. Namun, mari kita coba menyibak kebenaran di balik empat mitos mengenai seks yang sering diyakini banyak orang, seperti dilansir dari Reader Digest pada Kamis 18 Januari 2024.

Mitos 1: Seks Bisa Turunkan Berat Badan

Fakta: Para ahli memperkirakan bahwa melakukan hubungan seksual selama 30 menit bisa membakar 85-150 kalori. Meskipun terdengar menarik, untuk membakar 0,5 kilogram butuh 3.500 kalori atau sekitar 35 kali berhubungan seksual. Namun, kenyataannya, kebanyakan orang tidak berhubungan seks selama 30 menit, melainkan hanya sekitar lima menit.

Mitos 2: Seks Picu Serangan Jantung

Fakta: Sebaliknya, berhubungan seks sebenarnya dikaitkan dengan kesehatan jantung. Dalam penelitian, orang yang berhubungan seks dua kali seminggu atau lebih memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung.

Hasil The Framingham Heart Study menyebutkan bahwa pria tanpa diabetes dan tidak merokok hanya memiliki satu dari sejuta kemungkinan terkena serangan jantung saat berhubungan seksual.

Mitos 3: Pakai Kaos Kaki Saat Seks

Fakta: Meskipun di Indonesia mitos ini tidak begitu populer, di negara-negara barat sering terdengar.

Sebenarnya, menggunakan kaos kaki dapat membuat seseorang merasa lebih hangat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan seksual.

Berbeda saat tidak menggunakan kaos kaki, yang dapat membuat seseorang kedinginan dan mengganggu aktivitas bercinta.

Mitos 4: Tiram dan Cokelat Bakar Gelora Bercinta

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mengonsumsi tiram dapat meningkatkan hasrat seksual.

Namun, dalam hal cokelat, penelitian menunjukkan bahwa cokelat dapat menjaga tekanan darah dan fungsi pembuluh darah tetap baik, memungkinkan kinerja penis tetap optimal.

Selain itu, senyawa dalam cokelat dapat meningkatkan suasana hati, membuat hubungan seksual menjadi lebih baik.

Rutin Berhubungan Seks Ngga Bikin Cepat Tua, Masa Iya?

Bagi pasangan suami istri, melakukan hubungan intim tak hanya mempererat ikatan emosional, mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, menurunkan tekanan darah, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Namun, suatu penemuan menarik dari University of California, Amerika Serikat, menambahkan satu manfaat lagi yang mungkin belum kamu ketahui, yaitu kemampuan bercinta dalam memperlambat proses penuaan.

Dalam penelitian yang melibatkan 129 ibu, para partisipan diminta untuk mencatat tingkat kepuasan dalam hubungan seks mereka. Selain itu, peneliti juga mengambil sampel darah untuk menganalisis indikator penuaan pada tingkat sel.

Seperti yang dilansir oleh laman Reader's Digest pada Selasa 19 Maret 2019, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menjalani kehidupan seksual yang aktif, dengan frekuensi sekali seminggu, memiliki telomer yang lebih panjang.

Telomer sendiri berfungsi sebagai tutup pelindung pada DNA yang memiliki peran penting dalam menentukan umur sel.

Walaupun telomer cenderung mengalami kerusakan akibat pola makan buruk, konsumsi alkohol, dan tentunya proses alami penuaan, namun hubungan seks yang teratur ternyata dapat berkontribusi dalam memperbaiki kerusakan tersebut, menjadikannya sebagai kunci untuk menjaga agar sel-sel tubuh tetap muda.

Penelitian mencatat bahwa telomer yang pendek seringkali terkait dengan masalah kesehatan serius seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes.

Sebaliknya, telomer yang lebih panjang tampaknya memiliki peran dalam mencegah timbulnya penyakit tersebut.

Penulis: Dara Elizabeth (Artikel asli di sini)

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya