Faktor Risiko Kanker Lidah, Diantaranya Merokok dan Minum Minuman Beralkohol

Orang yang merokok memiliki risiko terkena kanker lidah lima kali lipat lebih tinggi. Bila orang tersebut juga kerap minum minuman beralkohol risikonya lebih tinggi lagi terkena kanker lidah.

oleh Tim Health diperbarui 21 Feb 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 09:00 WIB
20160930- Bea Cukai Rilis Temuan Rokok Ilegal-Jakarta- Faizal Fanani
Ilustrasi rokok meningkatkan risiko kanker lidah (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Merokok meningkatkan risiko seseorang terkena kanker lidah hingga lima kali lipat. Merokok, apapun bentuknya, merupakan salah satu faktor risiko kanker lidah seperti disampaikan dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan kepala leher konsultan Marlinda Adham.

Selain merokok, faktor risiko kanker lidah adalah konsumsi minuman beralkohol. Bila dua hal tersebut dilakukan secara bergantian maka risiko terkena kanker lidah menjadi puluhan kali lipat lebih tinggi. 

"Konsumsi alkohol yang berlebihan itu sendiri juga sering menimbulkan risiko. Tetapi apabila si alkohol dan rokok itu bersamaan dalam waktu yang kontinyu, terus-menerus dan waktu yang lama,  bisa sampai 30 kali meningkatkan risiko kanker," katanya dalam "Mitos dan Fakta Kanker Lidah" yang disiarkan RSCM mengutip Antara.

Selain rokok dan alkohol, ujarnya, adalah pola makan. Selain itu, asupan makan yang tidak sehat dengan kurang buah-buahan serta sayur-sayuran meningkatkan risiko terkena kanker lidah. Terlebih asupan yang dikonsumsi  makanan-makanan yang diproses atau telah diawetkan.

Faktor lainnya, ujarnya, adalah virus HPV. Meskipun angka kejadiannya lebih kecil dibandingkan kanker orofaring yang sama-sama disebabkan virus tersebut kejadian kanker lidah karena HPV tetap ada.

Marlinda mengatakan virus HPV tersebut masuk karena sejumlah hal, yaitu daya tahan tubuh yang rendah, sering bergonta-ganti pasangan, serta kebiasaan melakukan seks secara oral.

Marlinda mengatakan, rongga mulut dan saluran napas bagian atas adalah bagian tubuh yang rentan terhadap faktor-faktor yang mengganggu keseimbangan. Dengan kombinasi bermacam-macam faktor tersebut, yaitu inflamasi, imunitas yang rendah, karsinogen, virus, dalam waktu yang lama, akhirnya jaringan pun berubah, hingga akhirnya menjadi sel kanker.

 

Faktor Genetik

Seperti beberapa kanker lain, Marlinda menyebut bahwa risiko kanker lidah bisa diturunkan melalui genetik.

Sejumlah cara guna mencegah kanker lidah, ujarnya, adalah dengan mengurangi konsumsi rokok atau paparan asap rokok, serta rajin memeriksakan kesehatan rongga mulut dan gigi ke dokter. Menurutnya, sering kali pertanda kanker lidah, semisal lesi di mulut, ditemukan oleh dokter gigi.

"Kemudian jaga imunitas kita, tidur yang baik, kemudian juga diet yang cukup, mungkin itu salah satunya. Tapi yang terutama adalah hindari sesuatu yang masuk ke tubuh kita yang kita tahu itu akan menimbulkan hal yang tidak baik bagi tubuh kita," katanya.

Apabila merasakan sesuatu yang mencurigakan, dia menambahkan, jangan ragu untuk pergi ke dokter untuk memastikan hal tersebut normal atau tidak.

Ciri Kanker Lidah

Ciri kanker lidah, salah satunya termasuk benjolan licin di lidah. 

"Misalnya ada benjolan yang sering kali saya temukan di bagian tengah lidah. Dia licin sekali. Jadi kalau kita raba, tidak ada. Tapi memang kita raba, di situ ada benjolan dan kita bisa lihat. Di situ sebenarnya kita harus hati-hati," kata Marlinda.

Ciri lainnya adalah sariawan yang seharusnya tidak ada, tetapi malah muncul dan menetap.

Dia menjelaskan, wajar apabila seseorang terkena sariawan karena sikat gigi terlalu keras atau karena tergigit. Akan tetapi, ujarnya, akan menjadi masalah yang perlu diwaspadai ketika lesi atau cedera itu, yang seharusnya tidak ada, malah muncul dan terus ada.

Gejala lainnya, ujarnya, adalah rasa tidak nyaman di tenggorokan, misalnya di daerah belakang lidah. Atau benjolan di lidah yang saat ditekan terasa sakit.

Dalam beberapa kasus yang dia temui, katanya, pasien mengeluhkan rasa sakit di bagian telinga dan belakang tenggorok yang menjalar sampai ke kepala.

Kalau tanda-tanda mencurigakan sudah muncul, kata Marlinda, perlu segera dilakukan biopsi, atau pengambilan sampel sel untuk dites.

"Dari biopsi itu kita bisa mengetahui apakah ini suatu lesi yang jinak, ataukah ini suatu lesi yang ganas. Tentu kita harus lanjut dengan pemeriksaan apakah dengan CT scan, atau MRI, atau misalnya PET scan mungkin untuk melihat perluasan, dan untuk menentukan staging -stadium- dari kanker itu sendiri," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya