Liputan6.com, Jakarta Cuci tangan dengan sabun adalah perilaku sehat yang perlu dibiasakan pada siswa di sekolah.
Berdasarkan penelitian, pembiasaan cuci tangan dengan sabun secara rutin dapat menurunkan angka ketidakhadiran di sekolah secara signifikan hingga 50 persen.
Baca Juga
Selain itu, penyediaan air minum yang aman di sekolah dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam menangkap pelajaran dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas akademik mereka.
Advertisement
“Sarana sanitasi sekolah yang berketahanan iklim dan inklusi mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, menjamin martabat, keselamatan, dan kesehatan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan kehadiran dan prestasi di sekolah,” kata Chief of WASH, United Nations Children's Fund (UNICEF) Indonesia, Kannan Nadar dalam keterangan pers dikutip, Kamis (29/2/2024).
Selain itu, lanjut Kannan, sanitasi sekolah yang baik juga memotivasi anak-anak untuk menerapkan perilaku kebersihan yang baik dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan komunitas pada umumnya.
Lingkungan sekolah yang sehat menumbuhkan budaya belajar, perilaku saling menghormati, dan kolaborasi positif. Sehingga, memberdayakan anak-anak untuk menjalankan peran yang berarti di masa depan demi kemajuan Indonesia.
Lebih lanjut, ketersediaan akses air, sanitasi, dan higienitas (kebersihan) atau water, sanitation, and hygiene (WASH) memberikan dampak yang luar biasa pada pembangunan berbagai sektor.
Mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan. Khusus pendidikan, ketersediaan akses WASH di sekolah bagi peserta didik menjadi salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan sekolah sehat.
Sanitasi yang Baik untuk Sekolah Sehat
Dalam keterangan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbudristek, Iwan Syahril mendorong semua pihak terlibat dalam mewujudkan sekolah sehat.
“Kemendikbudristek telah mengimbau dan terus mendorong semua yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Iwan.
Hingga 2022, lanjut Iwan, sekitar 11,43 persen sekolah dari semua jenjang di Indonesia telah memiliki jamban yang terpisah dan berfungsi dengan baik.
Hal ini masih sangat jauh dari target yang diharapkan bahwa seluruh anak mendapat layanan WASH 100 persen pada 2030.
Advertisement
Luncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030
Untuk mencapai target layanan WASH 100 persen, diperlukan sebuah perencanaan strategis yang dapat diimplementasikan lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya seperti mitra pembangunan.
Maka dari itu, Kemendikbudristek meluncurkan Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. Peta jalan ini diluncurkan sebagai landasan perencanaan untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas di akhir 2030.
Butuh Koordinasi Semua Pihak
Dalam membangun akses sanitasi sekolah, sambung Iwan, perlu keterlibatan berbagai pemangku kepentingan.
“Kami berharap dengan adanya dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini, maka seluruh pemangku kebijakan dapat terlibat dalam Perencanaan Berbasis Data menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030 terkait dengan akses sanitasi sekolah,” ucap Iwan.
Ini selaras dengan apa yang tertulis pada dokumen Buku 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Khususnya tentang Agenda Pembangunan Nasional yang menekankan sinergi dan koordinasi antarpelaku program dan kegiatan. Termasuk pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sebagai strategi dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
Advertisement