Waspada Kondisi Hiperkolesterol pada Perempuan yang Memasuki Menopause

Kondisi hiperkolesterol pada perempuan yang memasuki masa menopause berisiko pada kesehatan kardiovaskular.

oleh Tim Health diperbarui 22 Apr 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2024, 09:00 WIB
Renang Menopause
Wanita menopause (Foto: Ilustrasi AI)

Liputan6.com, Jakarta - Wanita dengan gangguan hiperkolesterol perlu mewaspadai gejala menopause yang memberat terutama pada risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon esterogen. Hal tersebut disampaikan spesialis obstetri dan ginekologi dr Devi Marischa Malik, Sp.OG.

“Kalau misalnya ada gangguan hiperkolesterol akan lebih membahayakan karena lebih gampang terjadi kelainan jantung dan pembuluh darah,” kata Devi dalam diskusi kesehatan daring di Jakarta, Minggu, dilansir Antara.

Ia mengatakan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan akan meningkat sesuai dengan penambahan usia, terutama saat perempuan sudah memasuki fase menopause.

Hormon esterogen yang berkurang pada fase tersebut berpengaruh pada organ jantung dan pembuluh darah. Keluhan lainnya juga bisa berdampak pada sering berkeringat di malam hari yang mirip dengan gejala infeksi paru-paru.

“Keluhannya bisa memberat salah satunya ada hot flashes atau perasaan gerah sampai berkeringat, biasanya berkeringat pada saat malam hari, tapi waspada juga ada infeksi paru-paru, jadi dilihat-lihat dulu,” katanya.

Dokter yang praktik di RS Permata Depok ini juga menambahkan keluhan wanita yang masuk masa menopause dimulai dari kepala seperti masalah ingatan yang mudah lupa, dan rambut yang lebih sering rontok.

Persendian pun akan terdampak karena menopause adalah awal dari munculnya pengeroposan tulang atau osteoporosis, maka itu wanita disarankan mengonsumsi tambahan kalsium dan vitamin D3.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bisa Sebabkan Depresi

Menopause kata Devi juga bisa menyebabkan depresi dan perubahan mood karena adanya hormon esterogen dan progesterone yang naik turun.

Jika memiliki kerabat yang menunjukkan gejala depresi, ia menyarankan untuk segera diberikan bantuan. Bantuan perlu diberikan agar depresi tidak berujung pada menyakiti diri sendiri atau orang di sekitarnya.

“Kalau misalnya saudara teman yang mengalami tanda ini sebaiknya harus memberikan bantuan. Kalau ada riwayat baby blues, pernah ada keluarga riwayat depresi sebaiknya cepat memberikan bantuan,” saran Devi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya