Liputan6.com, Semarang Penyakit kelamin yang dipicu oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, bakteri, atau parasit bisa menyerang termasuk remaja.
Kaum remaja cenderung merasa malu untuk mengungkap penyakit kelamin yang dialami. Padahal hal tersebut membuat penyakitnya tak segera ditangani hingga memicu masalah kesehatan reproduksi yang lebih serius.
Baca Juga
Guna menyikapi hal ini, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Wahidin, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan sebuah upaya.
Advertisement
“Di BKKBN sebetulnya saat ini punya program untuk remaja. Di sekolah maupun di desa-desa ada yang namanya pusat informasi konseling remaja (PIK-R). Itu sebenarnya sebuah wadah yang isinya para remaja,” kata Wahidin saat ditemui dalam acara khitan massal di Rumah Sakit Tentara (RST) Bhakti Wira Tamtama, Semarang, Kamis (27/6/2024).
“Nah, saya kira kalau ada kasus-kasus yang seperti tadi, idealnya kalau remaja itu lebih enak kalau dia bisa diskusi dengan kelompok remajanya. Kalau ke kita tuh kan malu,” tambahnya.
Setelah remaja dengan penyakit kelamin mengungkapkan keluhannya pada PIK-R, maka pihak PIK-R akan memberi edukasi. Namun, jika penyakit yang diidap terbilang serius maka keluhan akan lebih intens untuk disampaikan ke BKKBN.
“Kalau langsung ke rumah sakit mungkin mereka malu, nah kalau ke sesama remaja mungkin mereka bisa curhat,” jelas Wahidin.
PIK-R Si Pendidik Sebaya
PIK-R sendiri diisi oleh remaja-remaja yang sudah diedukasi dan mendapat ilmu. Maka dari itu, remaja PIK-R disebut pula sebagai pendidik sebaya untuk mendidik remaja lainnya.
“Namun, jika ditemukan penyakit menular, nanti akan dirujuk ke fasilitas kesehatan melalui adik-adik kita di PIK R,” ucap Wahidin.
Advertisement
Soal Angka Pernikahan di Indonesia yang Unik
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan tanggapannya soal usia pernikahan di Indonesia. Menurutnya, angka pernikahan di Indonesia cenderung unik. Di mana ada yang terlalu tua, ada juga yang terlalu muda.
“Memang di Indonesia tuh agak unik, maksudnya ada satu data yang menikahnya terlalu muda. Yang dulunya 16 tahun paling muda sekarang di bawah itu sudah ada yang menikah meski angkanya kecil.”
“Tapi di data lain ada yang menikahnya di usia tua bahkan di atas 30 tahun di kelompok tertentu. Kalau secara rata-rata sekarang di Indonesia bagus di sekitar usia 22 tahun, tapi kalau lihat datanya, ada yang terlalu tua, ada yang terlalu muda.”
Nikah Terlalu Muda dan Tua, Punya Risiko
Baik terlalu tua maupun terlalu muda, keduanya sama tak baiknya, lanjut Wahidin.
“Kalau terlalu muda risiko bagi yang hamil karena panggulnya belum sempurna biasanya kalau melahirkan bisa macet. Akibat terlalu lama di mulut rahim, bayinya bisa meninggal begitu pula ibunya.”
“Jadi kalau angka kematian ibu sama bayi itu banyaknya disumbang oleh kehamilan usia muda sama di usia tua. Jadi kampanye kita itu sebenarnya hamil yang ideal antara usia 21 hingga tidak melebihi 35,” pungkas Wahidin.
Advertisement