Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji yang baru tiba di Tanah Air diimbau tetap menjaga kebugaran fisik selepas mengikuti rangkaian ibadah haji yang panjang. Seperti disampaikan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), olahraga ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda bisa membantu fisik jamaah tetap bugar.
"“Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga yang intensitas kekuatannya rendah. Misalnya dia bisa berjalan kaki atau melakukan bersepeda statik di rumah tanpa adanya pembebanan yang tinggi,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO–K, dilansir ANTARA.
Baca Juga
Syarief menekankan pentingnya jemaah haji untuk secara bertahap melakukan olahraga ringan agar tubuh tidak mengalami kaget gerak akibat lama duduk di dalam pesawat maupun usia melakukan ibadah haji yang panjang.
Advertisement
Jika hendak olahraga berjalan kaki, dia menyarankan jamaah melakukannya secara perlahan di lokasi yang aman dan melingkar dibandingkan berbukit atau banyak turunan. Lokasi demikian itu baik bagi penderita yang memiliki komorbid seperti penyakit paru-paru atau penyakit jantung.
Sedangkan jamaah haji yang lebih senang melakukan olahraga di dalam rumah, mengayuh sepeda statis dapat dijadikan pilihan yang tepat karena tidak memerlukan banyak gerakan dan berpindah dalam satu waktu. Syarief menyebut jenis olahraga lain yang dapat dilakukan di rumah adalah aerobik dengan intensitas gerakan yang rendah sampai sedang untuk kelenturan semua sendi pada tubuh.
Jemaah Penderita Komorbid Bisa Sesuaikan Olahraga dengan Kondisi
Sementara untuk olahraga lain seperti yoga dan zumba, Syarief menilai jamaah dapat melakukannya dengan catatan bagi penderita komorbid disesuaikan dengan kondisinya masing-masing.
“Tergantung pada komorbiditasnya, tergantung jenis komorbidnya. Kalau komorbidnya karena hipertensi ataupun diabetes harus disesuaikan dengan pola minum obatnya, aktivitasnya, apakah dia memang sudah stabil atau belum tergantung dari komorbid,” kata dia.
Advertisement
Penderita Asma dan PPOK Harus Perhatikan Ini Sebelum Berolahraga
Demikian pula dnegan pederita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penderita hipertensi.
"Bagaimanapun harus diukur dulu nadinya, dia harus belajar menghitung nadi, mengenali diri sendiri terhadap kemampuan intensitas fisiknya. Apabila nadinya sudah beranjak naik dia harus beristirahat sejenak, jangan sampai lebih dari 120 dan (pemeriksaan) itu bisa dilakukan secara mandiri,” kata Syarief.